Big Data Jurus Baru Menangkan Pemilu dan Pilkada

Ketua DPR RI, Bambang Soesatyo -Dok: CDN

Padahal, dalam berbagai survei sebelumnya, popularitas Hillary Clinton mengungguli Trump.

“Trump telah membuktikan keampuhan penggunaan big data dari facebook untuk memenangkan Pilpres Amerika Serikat, walaupun akhirnya facebook terkena imbas negatif akibat kebocaran data penggunanya yang dimanfaatkan untuk kepentingan politik,” kata Bamsoet.

Mantan Ketua Komisi III DPR RI ini menambahkan, penggunaan big data di Pilpres AS bukanlah hal baru, bahkan pada Pilpres AS 2004, George W Bush telah memanfaatkan big data sebagai strategi kampanye politiknya.

Hal serupa, kata dia, juga dilakukan Barack Obama pada kampanye calon presiden. Bahkan, tim kampanye Obama membentuk Tim Analis data yang terdiri dari 100 staf analis untuk memastikan target pemilih.

“Negara lain juga telah memanfaatan big data dalam pemilunya,” katanya.

Bamsoet mencontohkan, pada Pemilu di Kenya tahun 2013, Uhuru Kenyatta menggandeng Cambridge Analytica untuk mengolah data pemilih guna menghadirkan kampanye yang tepat sasaran.

India dan Malaysia, kata dia, juga akan menggunakan big data dalam pemilu di negara tersebut.

Karena itu, Bamsoet meyakini, pemanfaatan big data untuk strategi pemenangan pemilu di Indonesia tidak akan sukar diterapkan, apalagi saat ini pengguna smartphone di Indonesia mencapai 160 juta.

Kemudian, pengguna media sosial aktif di Indonesia mencapai 130 juta orang dengan rata-rata berselancar di media sosial antara 23 menit hingga 3 jam setiap harinya. (Ant)

Lihat juga...