Arini, Cinta yang Tumbuh di Kereta
Editor: Satmoko
Akting Aura Kasih cukup baik dan mampu mengubah image Arini yang dulu melekat pada diri Widyawati. Aura menjadi dirinya sendiri. Seorang artis yang dikenal sensual yang tetap sensual hingga semakin memantaskan diri membuat Nick, lelaki yang 15 tahun lebih muda, dibuat tergila-gila.
Morgan Oey aktingnya juga cukup baik. Tampak ada juga usaha mengubah image Rano Karno, meski tak sepenuhnya berhasil, tapi kerja kerasnya patut diapresiasi. Morgan juga mencoba untuk menjadi diri sendiri. Hasilnya tampak seperti pemberontakan, sebagaimana lazimnya anak muda yang anti-kemapanan.
Sayangnya, Aura dan Morgan tampak seperti jalan sendiri-sendiri. Chemistry keduanya tak terjalin dengan cukup baik, meskipun keduanya berhasil membawakan peran masing-masing.
Olga Lydia yang berperan sebagai Ira, sahabat Arini, juga mampu memperkuat film ini penuh greget. Begitu juga dengan Haydar Saliz yang berperan sebagai Helmi, suami Arini, mampu memperkuat film ini penuh greget.
Film produksi Max Pictures dan Matta Cinema ini seperti ingin mengulang kesuksesan film drama romantis yang diadaptasi dari novel legendaris berjudul sama karya Mira W. Keromantisan yang dibuat lebih kekinian.
Penulisan skenario kolaborasi komersial dan seni antara Titien Wattimena dengan Ismail Basbeth cukup menjadi jaminan. Film ini bisa menjadi nostalgia bagi penonton yang sudah tak lagi muda yang dulu menonton film jadulnya. Film ini juga bisa menjadi tontonan baru bagi penonton zaman now untuk menjadi tahu romantisme gaya percintaan zaman dulu yang penuh lika-liku mengharu biru.