LHOKSEUMAWE – Aceh perlu technopark untuk mengurangi angka pengangguran, serta menumbuhkembangkan budaya inovasi dan kreativitas berbasis teknologi dan ilmu pengetahuan, dalam upaya menciptakan daya saing.
Pembina Inkubator Bisnis Universitas Malikussaleh, Dr. Ibrahim Qamarius, mengatakan, keberadaan technopark yang merupakan sebuah kawasan terpadu yang berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki peran strategis terhadap pengurangan angka pengangguran yang kian bertambah setiap tahunnya.
“Untuk mengatasi pengangguran yang terus meningkat di Aceh, perlu dibangun budaya saing dan inovatif di Aceh. Salah satunya adalah dengan membangun technopark yang berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi”, ujarnya, Selasa (3/4/2018).
Ia menyebutkan, Aceh Technopark itu sendiri nantinya akan menjadi pusat vokasi dan inovasi teknologi, serta pusat riset teknologi terapan di Aceh. Serta melibatkan dan kerja sama semua pihak. Seperti, perguruan tinggi, dunia usaha dan pemerintah secara terintegrasi. Bahkan juga melibatkan berbagai media dan komunitas masyarakat untuk mendukung technopark.
Ia melanjutkan di dalam program technopark itu sendiri dapat dilakukan berbagai kegiatan edukatif terhadap pengembangan teknologi dan dunia usaha. Seperti, meliputi pelatihan dan pendidikan, konsultasi serta produksi dan pemasaran.
Ide untuk membangun tekhnopark di Aceh, telah diungkapkan olehnya, saat berlangsungnya Focus Group Discussion (FGD) tentang Pengembangan Industri Kreatif dalam rangka penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) Tahun 2019, yang dilaksanakan Bappeda Aceh, Senin (2/4).
“Ide ini sudah saya sampaikan kemarin di Bappeda Aceh, saat berlangsung diskusi tentang pengembangan industri kreatif di Aceh”, ucap ketua inkubator bisnis Unimal.