Plt.Bupati Sikka: Pendidikan Bukan Lahan Mencari Kekayaan

Redaktur: ME. Bijo Dirajo

MAUMERE — Tantangan terbesar pendidikan di kabupaten Sikka pertama pada pendidik itu sendiri,metodenya dimana guru sekarang terutama guru honor tidak dibekali dengan ilmu Pedagogik, ilmu pendidikan tentang cara mengajar.

“Kalau dulu ada SGA, SGB, SPG, SGO tapi sekarang sekolah umum saja dimana sarjana strata satu bisa mengajar di SMA. Padahal guru itu adalah sebuah panggilan, bukan profesi untuk menjadi lahan mencari kekayaan,” tegas Drs. Paolus Nong Susar Plt.Bupati Sikka Kamis (1/3/2018).

Kepada Cendana News, Nong Susar menegaskan, guru dulu betul-betul melayani dengan hati dan pikiran dia benar-benar berada di sekolah, bersama murid. Sekarang ini guru dituntut mengejar sertifikasi, mengejar uang.

“Kepala-kepala sekolah juga dengan adanya dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dirinya dibuat sibuk mengurusi pembangunan gedung dan belanja lainnya. Ini sebuah kesalahan dimana tugas dia harusnya mengajar bukan urus yang lain,” sesalnya.

Anak didik sekarang tambah Nong Susar, tidak lagi dilatih membuat analisa dan susah diajarkan menulis atau mengarang. Tidak diajarkan menggali informasi dan menuangkannya dalam tulisan. Ini tantangan dimana anak kita tidak dilatih membuat analisa, menarasikan semua fakta-fakta sosial.

“Sekarang semua serba instan,menghitung saja bisa menggunakan telepon genggam saja.Lembaga pendidikan mengajarkan sesuatu yang salah dan ini perlu diperbaiki,” harapnya.

Salah Gunakan Bahasa

Saat ini pun pemimpin di Indonesia juga mengajarkan seuatu yang salah kepada generasi muda dan masyarakat dengan menggunakan bahasa yang salah dalam setiap pembicaraan resmi. Padahal mereka sedang berbicara di media massa termasuk di televisi yang ditonton masyarakat luas.

Lihat juga...