Perkembangan Gaya Hidup Halal Indonesia Masih Stabil
Editor: Koko Triarko
Namun ironisnya, kata Sapta, Indonesia saat ini diincar negara Thaiwan, Thailand, dan Korea. Padahal, sektor riil di Indonesia itu banyak sekali menyangkut kebutuhan hidup, seharusnya bisa mengekspor ke luar negeri bukan impor.
Sapta menyebutkan, kebutuhan hijab itu jutaan, sehingga sektor riil ini bukan main-main dalam pengembangannya. Ada pun sektor riil yang paling besar adalah makanan halal dengan nilai 1,4 US dolar di seluruh dunia per tahunnya.
“Celakanya bukan kita yang ekspor makanan halal, tapi Thailand sebanyak 25 persen untuk negara-negara muslim. Kita ini masih terus berjuang menyinergikan keuangan syariah dan sektor riil,” ujarnya.
Menurutnya lagi, dengan perubahan ‘zaman now’ pariwisata juga menjadi bagian yang penting. Ini merupakan sektor riil juga yang kalau ditelaah, sejak dulu sampai sekarang yang berani membuka hotel syariah baru sedikit.
Di Bali, sebut dia, baru ada tiga hotel syariah, Jakarta dua hotel syariah, dan Bandung juga dua. “Kenapa? Apakah tidak berani karena tidak ada modalnya atau terbentur peraturan?” tukas Sapta.
Padahal, kata dia, mengembangkan bisnis syariah itu tidak terlalu susah bisa dengan tampilan inovasi yang menyentuh dan menyenangkan. Dia mencontohkan, di Bangkok itu ada hotel syariah dengan inovasi untuk menghindari ke-syar’ian dalam kolam renang. Dibuatlah jadwal, yakni pagi untuk ibu-ibu, siang untuk anak atau keluarga, dan sore khusus pria.
“Jadi, syar’i ini tidak terlalu membuat susah. Itu halal tourisme. Ada spa syariah, kosmetik halal. Ini sekror riil yang bisa dikembangkan,” pungkasnya.