Meski Mengeluh Harga Naik, Konsumen Pertalite di Lampung Terpaksa Beli

Editor: Koko Triarko

LAMPUNG — Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis pertalite yang ditetapkan oleh PT. Pertamina (Persero) dan mulai berlaku pada Sabtu (24/3), ditanggapi beragam. Masyarakat pada umumnya mengaku terpaksa membeli, lantaran langkanya stok premium.

Supervisor SPBU 24.355.85 Bakauheni, Nugroho, menyebut kenaikan harga tersebut tidak berpengaruh pada jumlah stok dan penjualan. Ia menegaskan, saat ini BBM jenis pertalite memiliki pangsa pasar sendiri terutama bagi kendaraan roda dua dan kendaraan pribadi. Ia bahkan menyebut di SPBU 24.355.85 sejak 2016 sudah tidak menjual premium dan hanya menjual pertamax, solar dan pertalite.

Meski harga naik, ia mencatat tidak terjadi penurunan permintaan dan tidak ada keluhan dari konsumen.

“Selama naik beberapa hari ini, hampir tidak ada yang mengeluh, terutama SPBU kami berada di ujung Selatan Pulau Sumatera kerap menjadi perhentian pengendara yang akan naik kapal,” terang Nugroho, Rabu (28/3/2018).

Selain di SPBU Bakauheni, permintaan akan bahan bakar pertalite di SPBU juga terlihat normal di SPBU Yogaloga, Desa Sumur dan SPBU Garuda Hitam.

Hendra, salah satu konsumen pertalite, mengaku meski naik sebesar Rp200 per liter, ia masih tetap membeli BBM tersebut untuk kebutuhan kendaraan roda dua miliknya.

Bahan bakar jenis premium yang kerap kosong di SPBU penyedia premium membuatnya beralih ke pertalite, meski mengalami kenaikan.

“Asal tersedia bahan bakarnya tidak telat saya tetap membeli pertalite, karena kendaraan roda dua saya gunakan untuk jasa ojek,” beber Hendra.

Hendra juga menyebut, meski harga bahan bakar pertalite naik, ia memastikan belum menaikkan ongkos ojek. Ojek kendaraan roda dua yang kerap mangkal di pertigaan Menara Siger disebutnya menjadi langganan pedagang untuk mengantar barang dan anak-anak sekolah di wilayah tersebut.

Lihat juga...