Majukan Bidang Antariksa, Pegunungan Timau Area Observatorium Alternatif

Ilustrasi. Terbang memandang angkasa dari area pegunungan. Dokumentasi CDN

Pada daerah yang lebih rendah ditutupi oleh hutan savana yang ditumbuhi oleh pohon permen putih atau permen khaki (eucalyptus alba), cemara gunung (casuarina junghuhniana), dan regenerasi hutan semiluruh daun.

Kawasan ini mencakup hutan dataran rendah yang terbaik dan terluas di Pulau Timor bagian barat, Nusa Tenggara Timur.

Kawasan sekitar Gunung Timau memiliki luas sekitar 15.000 hektare dengan ketinggian 500-1.774 meter di atas permukaan laut sehingga cocok untuk pembangunan observatorium tersebut.

Menurut Jamaluddin, observatorium yang akan dibangun di pegunungan Timau itu, tampaknya tidak dimiliki oleh negara lain karena dapat melihat sistem galaksi dan astronomi dengan mata telanjang.

Ia mencontohkan observatorium yang dimiliki Australia, hanya dapat melihat tata surya dari bagian selatan, sedang observatorium Jepang dan Amerika hanya melihat tata surya dari bagian utara saja.

Kalau observatorium di Pegunungan Timau bisa melihat tata surya dari bagian utara maupun selatan. Kelebihan itulah yang mendorong Lapan untuk membangun observatorium di sana.

Untuk membangun Observatorium di Pegunungan Timau, Lapan mengusulkan penganggaran sebesar Rp300 miliar, yang diharapkan sudah dimulai pada tahun anggaran 2019.

Lokasi di Pegunungan Timau itu dinilai strategis, karena kondisi cakrawala masih sangat cerah dan mudah memantau berbagai benda langit.

Sekretaris Utama Lapan Ignatius Loyola Arisdiyo menuturkan, tim survei yang terdiri dari Lapan, Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang mengunjungi calon lokasi Observatorium di Gunung Timau.

“Saya baru pertama kali melihat galaksi kita seperti apa. Sangat indah. Dengan mata telanjang saja bisa terlihat, apalagi nanti jika sudah ada teleskop yang berdiameter 3,5 meter,” ujar Loyola.

Lihat juga...