Kemendikbud Serahkan Sertifikat Phinisi Unesco ke Sulsel

Ilustrasi/Foto: Twitter UNESCO

Polanya didasarkan atas teknologi yang berkembang sejak 3.000 tahun, berdasarkan teknologi membangun perahu lesung menjadi perahu bercadik. Saat ini pusat pembuatan perahu ada di wilayah Tana Beru, Bira dan Batu Licin di Kabupaten Bulukumba.

“Serangkaian tahapan dari proses pembuatan perahu mengandung nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari, seperti kerja tim, kerja keras, ketelitian atau presisi, keindahan, dan penghargaan terhadap alam dan lingkungan,” ucap dia.

Pemberian sertifikat UNESCO ini pun diharapkan dapat meningkatkan kepudulian masyarakat akan pentingnya Pelestarian Warisan Budaya Tak Benda Indonesia. Komunitas dan masyarakat menjadi bagian penting dalam penetapan Phinisi ke dalam daftar ICH UNESCO.

Sertifikasi tersebut menjadi momentum yang dapat dimanfaatkan secara bersama-sama oleh pemerintah pusat dan daerah serta komunitas untuk memberikan perhatian lebih dalam pengelolaan Warisan Budaya Tak Benda yang ada di wilayah masing-masing. Utamanya bagi pengembangan pengetahuan, teknik dan seni warisan budaya tak benda yang perlu dilestarikan di tanah air pada umumnya.

Pemilihan tempat kegiatan di Kabupaten Bulukumba mengingat dalam naskah yang diajukan, bahwa masyarakat Kabupaten Bulukumba dikenal sejak jaman dahulu sebagai salah satu pusat pembuat kapal kayu tradisional, terutama di daerah Tana Beru, Bira dan Batu Licin.

Masuknya Phinisi, seni pembuatan perahu ini dalam daftar UNESCO juga harus mempunyai dampak yang luas bagi masyarakat, dan dapat menjamin pembangunan yang berkelanjutan, terutama bagi masyarakat pesisir di wilayah Sulawesi Selatan.

Penyerahan sertifikat UNESCO ini dikemas juga dengan Pesta Rakyat yang dibuka untuk seluruh masyarakat Bulukumba dan undangan yang terdiri atas Panrita Lopi, Sawi, dan Sambalu sebagai aktor utama dari pembuatan kapal tradisional ini, budayawan, serta pemangku kepentingan lainnya.

Lihat juga...