Turki Sangkal Penggunaan Senjata Kimia di Afrin
ANKARA – Turki mengklaim tidak pernah menggunakan senjata kimia dalam operasinya di Suriah. Meski yang digelar adalah operasi militer, kegiatan tersebut tetap diupayakan untuk menjaga keberadaan warga sipil dengan baik.
Diplomat Turki yang enggan disebutkan namanya menyebutkan penyangkalan tersebut setelah pasukan Kurdi Suriah dan kelompok pemantau menuduhkan penggunaan gas kimia di Afrin, Suriah. “Ini adalah tuduhan yang tidak berdasar, Turki tidak pernah menggunakan senjata kimia. Kami sangat memperhatikan warga sipil dalam Operasi Ranting Zaitun,” kata sumber tersebut, Sabtu (17/2/2018).
Pasukan Kurdi Suriah dan sebuah kelompok pemantau mengatakan militer Turki melakukan serangan gas kimia. Serangan tesebut diklaim melukai enam orang di wilayah Afrin, Suriah, Jumat (16/2/2018). Diplomat Turki tersebut menilai, narasi tuduhan melukai enam warga sipil melalui serangan terduga gas kimia tersebut sebagai sebuah propaganda hitam.
Turki melancarkan serangan udara dan darat di bulan lalu di wilayah Afrin, Suriah. Aksi tersebut membuka sebuah kemelut baru dalam perang Suriah yang sudah mengalami multipihak. Serangan tersebut menargetkan kelompok gerilyawan Kurdi yang berada di wilayah Suriah utara.
Juru bicara milisi YPG Kurdi di wilayah Afrin Birusk Hasaka mengatakan, serangan pengeboman Turki telah mengenai sebuah desa di barat laut wilayah tersebut di dekat perbatasan Turki. Dia mengatakan serangan menyebabkan enam orang menderita masalah pernapasan dan gejala lainnya yang mengindikasikan adanya serangan gas kimia.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia mengatakan, pasukan Turki dan sekutu pemberontak Suriah menyerang desa tersebut pada Jumat (16/2/2018) dengan bomnya. Kelompok pemantau perang yang berbasis di Inggris itu mengatakan sumber medis di Afrin melaporkan enam orang korban serangan mengalami kesulitan bernafas dan pupil yang melebar yang mengindikasikan dugaan serangan gas kimia.