Lestarikan Jamu Tradisional Sunarmi Setia Jajakan Jamu Gendong

Editor: Mahadeva WS

Sunarmi, penjual jamu gendong memperlihatkan bahan pembuatan jamu dari hasil penanaman di kebun - Foto: Henk Widi

LAMPUNG – Jamu tradisional berbahan baku tanaman herbal dari hasil kebun merupakan usaha skala rumah tangga yang ditekuni oleh Sunarmi (52). Warga Desa Pasuruan, Kecamatan Penengahan Kabupaten Lampung Selatan tersebut sudah menekuni usaha pembuatan jamu gendong sejak usia 20 tahun.

Dengan demikian, sudah lebih dari 30 tahun, Sunarmi melakukan usaha dengan memanfaatkan hasil kebun miliknya sendiri tersebut. “Permintaan jamu gendong tidak surut meski produksi jamu dan obat obatan modern mulai merambah hingga pedesaan,” tandasnya, Selasa (20/2/2018).

Proses pembuatan jamu secara tradisional mempergunakan bahan bahan alami berupa kencur, daun sirih, buah asam, brotowali, kunyit asem, jahe, serta beberapa jenis bahan jamu tradisional lainnya. Bahan-bahan yang diolah tersebut habis terjual dalam satu hari, sehingga produk yang dijual selalu dalam kondisi segar.

Dalam sehari Sunarmi menyebut memproduksi sekitar sepuluh liter jamu berbagai jenis yang dijajakan ke kecamatan lain. “Sudah cukup lama, konsumen saat ini sudah generasi kedua masih setia meminum jamu buatan saya,” terang Sunarmi penjual jamu gendong yang melayani pelanggan di Desa Hatta Kecamatan Bakauheni.

Cara meracik jamu tradisional tersebut dilakukan Sunarmi dengan resep warisan keluarganya. Pembuatan jamu tradisional dilakukan tanpa bahan pengawet karena sistem penjualan dilakukan sekali habis. Dulu di awal usahanya, setiap satu gelas jamu dijual dengan harga Rp25. Kini satu gelas jamu dijual dengan harga Rp2.000.

Dengan berkeliling mendatangi pelanggan, setiap harinya omzet Sunarmi mampu tembus Rp200.000. Saat tidak berkeliling yakni pada hari Rabu dan Kamis, Sunarmi berjualan di pasar dan omzet penjualannya juga tembus Rp200.000 perhari.

Lihat juga...