Thomas Setia Tekuni Kerajinan Tangan Berbahan Alami
Daun cemara dipintal menyerupai tali dan dililitkan di sekeliling pot yang sudah dilapisi pelepah pisang. Saat ini Thomas sedang membuat kap lampu untuk di kamar, meja belajar dan tiang teras serta pagar rumah dari bahan tempurung kelapa.
“Kalau dari bahan bambu saya masih membuat hiasan burung bangau untuk digantung dan nampan. Saya juga membuat guci dari pasir, aksesoris gelang, anting, rosario, miniatur sepeda motor dan mobil dari bahan kayu jati putih sisa-sisa potongan yang tidak dipergunakan lagi di bengkel kayu,” bebernya.
Selain itu, suami dari Yohana Fransisak Sarmi ini juga menggunakan tempurung kelapa untuk dijadikan aneka model gantungan kunci, asbak, cincin dan gelang. Dirinya pun masih tetap menerima orderan untuk dekorasi dan membuat relief serta taman.
Untuk dekorasi panggung,biayanya tergantung panjangnya panggung di mana untuk panggung besar biayanya Rp3,5 juta dengan panjang bisa 8 sampai 9 meter dengan lebar sekitar 3 meter. Sementara di dalam desa sendiri biayanya hanya dipatok Rp1,5 juta.
“Untuk panggung pengantin biayanya juga berkisar dari 2 sampai 3 juta rupiah. Saya memakai bahan alami untuk dekorasi panggung seperti bunga hidup dan pancuran air dari bambu ditambah latar lukisan di kain atau kertas,” ungkapnya.
Hasil kerajinan ayah 3 anak ini dititipkan di galeri Bandara Frans Seda Maumere, di Sanggar Dokar Tawa Tana dan sebuah galeri di Wetakara. Bila stok habis penjual akan memesan dan diantar selain pesanan pribadi yang diangtarnya sendiri.
Biar tidak dipesan Thomas mengakui setiap hari usai pulang kantor tetap produksi karena terkadang pemesanan banyak. Dirinya pun sedang merencanakan membuat pot bunga ukiran berbahan semen agar bisa sekalian dengan menjual bunga.