Populasi Sapi Hasil Persilangan, Penyebab Utama Rendahnya Kebuntingan

YOGYAKARTA  – Dinas Pertanian DIY menyebut ada sejumlah faktor penyebab rendahnya angka kebuntingan ternak dalam program Upaya Khusus Sapi Induk Wajib Bunting (Upsus Siwab) di DIY sepanjang 2017.

Kepala Bidang Peternakan, Dinas Pertanian DIY, Sutarno, menyebut penyebab utama rendahnya angka kebuntingan ternak tersebut karena banyak sapi milik peternak merupakan sapi hasil perkawinan silang, sehingga cukup sulit dibiakkan.

“70-80 persen sapi kita memang sudah mengalami persilangan. Atau biasa disebut sapi crosing. Akibatnya birahi sapi tidak tampak. Interval birahi sapi crosing juga lebih panjang dibandingkan sapi bukan hasil silangan,” katanya kepada Cendana News Senin (29/1/2018).

Banyaknya sapi hasil persilangan tersebut, dikatakan Sutarno, membuat proses pembiakan melalui kawin suntik atau Inseminasi Buatan (IB) tidak cukup dilakukan hanya sekali dua kali. Sementara dalam program Upsus Siwab, pemberian IB secara gratis maksimal hanya bisa diberikan sebanyak 2 kali per setiap ekor sapi.

“Selama ini pemberian IB pada ternak dilakukan dengan cara menunggu sapi mengalami birahi secara alami. Sementara sapi hasil persilangan, jarak waktu birahinya cukup lama. Itupun jika sudah birahi, dan diberikan IB, belum tentu akan bisa langsung bunting. Butuh beberapa kali IB,” katanya.

Sebenarnya kendala itu dapat diatasi dengan pemberian hormon pada ternak sapi, agar waktu birahi dapat dipercepat. Hal ini biasa disebut Gertak Birahi. Namun pemerintah tidak melakukan cara ini karena dinilai kurang efektif dan membutuhkan biaya sangat tinggi.

Selain faktor genetis ternak, menurut Sutarno, penyebab lain yang mengakibatkan rendahnya angka kebuntingan sapi juga disebabkan kerena rendahnya asupan gizi dalam pakan ternak. Padahal pemberian pakan pada ternak merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan pembiakan ternak.

Lihat juga...