Kenaikan Harga Beras Tak Pengaruhi Tekanan Inflasi di Balikpapan
BALIKPAPAN — Kenaikan harga beras yang terjadi sejak bulan November 2017 diklaim tidak mempengaruhi tekanan inflasi Kota Balikpapan. Lonjakan yang mulai dirasakan itu berangsur perlahan mengalami harga normal.
Kepala Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi Kantor Perwakilan Bank Indonesia (Kpwk BI) Thomy Andryas menjelaskan lonjakan yang terjadi pada harga beras Januari minggu pertama, kedua dan ketiga selalu dipantau tim bahkan pada minggu ketiga kenaikan yang begitu tinggi dapat berangsur normal.
“Jadi lonjakan harga beras itu minggu pertama, kedua dan ketiga berangsur normal. Tadinya beras menyumbang inflasi 0,09 persen, tapi sekarang tekanan inflasi sudah 0,02 persen, sehingga sudah kembali normal,” paparnya usai sidak yang dilaksanakan KPPU Balikpapan, Selasa (23/1/2018).
Ia menyatakan beras masuk dalam bahan pangan yang termasuk komponen bergejolak dalam istilah inflasi, dan pada minggu keempat sudah terjadi deflasi.
“Sudah deflasi 0,01 persen meskipun ada tekanan inflasi. Seperti daging ayam ras terjadi koreksi harga, ikan mas, udang basah, kacang panjang juga terjadi koreksi. Bawang merah masih sedikit kenaikan harga,” sebut Thomy.
Karena itu, pihaknya menyebutkan bahwa kenaikan harga beras belum begitu mempengaruhi tekanan inflasi. Mengingat langkah dan antisipasi untuk menjaga keseimbangan harga telah dilakukan operasi pasar oleh Bulog Kaltimra bersama Dinas Perdagangan.
“Sekarang sudah mulai turun, operasi pasar terus dilakukan oleh Bulog dan Dinas Pedagangan. Kenaikan harga beras belum begitu mempengaruhi tekanan inflasi,” tukasnya.