Demi Hubungan Jangka Panjang, Presiden Soeharto Tolak Bantuan Belanda

Sebelum mengadakan pembicaraan resmi dengan PM van Lubbers, Presiden Soeharto mengadakan pertemuan dengan para pengusaha Belanda yang turut serta dalam rombongan Perdana Menteri Belanda itu.

Dalam pertemuan yang berlangsung selama 45 menit itu Presiden menguraikan secara panjang lebar mengenai strategi pembangunan Indonesia dan peluang-peluang apa yang dapat dimanfaatkan oleh para pengusaha Belanda di negeri ini.

Presiden juga menjelaskan tentang pengaruh dari perubahan nilai sejumlah mata uang asing terhadap pembayaran utang luar negeri Indonesia.

Setelah pertemuan dengan para pengusaha Belanda, Presiden Soeharto mengadakan pembicaraan resmi dengan PM van Lubbers di Ruang Jepara, Istana Merdeka. Dalam pertemuan tersebut Kepala Negara didampingi oleh Menteri Luar Negeri Ali Alatas dan Menteri/Sekretaris Negara Moerdiono, sementara Perdana Menteri Belanda didampingi oleh Menteri Luar Negeri H van den Broek.

Pembicaraan antara kedua pemimpin itu tidak hanya terbatas pada hubungan dan kerjasama bilateral, tetapi juga mencakup persoalan-persoalan regional dan internasional. Menyangkut masalah bilateral, keduanya menyatakan keyakinan mereka bahwa hubungan antara kedua negara telah berjalan dengan baik selama ini, dan masih banyak hal yang dapat ditingkatkan.

Kepada tamunya, Presiden Soeharto menjelaskan tentang Pancasila dalam kaitan dengan stabilitas politik. Atas pertanyaan PM van Lubbers, Presiden juga menguraikan tentang PKI, sebagai bahaya laten bagi bangsa Indonesia, dan tahanan-tahanan PKI.

PM van Lubbers menilai terbukanya peluang untuk meningkatkan hubungan dalam bidang industri dan perdagangan antara kedua negara. Namun demikian, dalam pembicaraan pagi itu, belum ada hasil kongkrit yang memperinci peningkatan tersebut. PM van Lubbers juga menawarkan bantuan apa yang dapat dilakukannya dalam hubungan dengan pameran Indonesia di Amerika Serikat.

Lihat juga...