Demi Hubungan Jangka Panjang, Presiden Soeharto Tolak Bantuan Belanda
JAKARTA – Selama ini, kita tahu negara kita mempunyai banyak hutang luar negeri. Tapi dalam sejarahnya, ternyata Presiden Soeharto pernah beberapa kali menolak bantuan ekonomi dari luar negeri demi menjaga keberlangsungan hubungan jangka panjang.
Hal ini terjadi pada 12 Juni 1992, sebagaimana yang dilansir dalam Soeharto.co, Presiden Soeharto mengadakan pembicaraan dengan Perdana Menteri Belanda, Ruud Lubbers, di Rio de Janeiro.
Kepada PM Lubbers, Presiden menjelaskan mengenai prinsip Indonesia untuk hidup berdampingan secara damai dan bekerjasama berdasarkan saling menghormati dan tak mencampuri urusan dalam negeri masing-masing. Dalam hubungan itu Presiden menekankan arti penting hubungan Indonesia-Belanda.
Ditegaskannya bahwa kebijaksanaan Indonesia untuk menolak bantuan ekonomi pemerintah Belanda dilakukan Indonesia justru untuk meningkatkan hubungan jangka panjang. Kepala Negara mengatakan bahwa ganjalan yang ada perlu dihilangkan untuk menjalin kerjasama dan hubungan yang lebih langgeng.
Dalam pembicaraan itu PM van Lubbers mengatakan bahwa ia dapat memahami kebijaksanaan pemerintah Indonesia. Ia juga menyatakan tekadnya untuk membuka lembaran baru dalam hubungan Indonesia Belanda dan akan “lebih memandang ke depan daripada ke belakang”.
Pertemuan Presiden Soeharto dengan PM van Lubbers sebelumnya sudah pernah terjadi, yaitu pada 31 Oktober 1988 Presiden Soeharto dan Ibu Tien Soeharto menyambut kunjungan resmi Perdana Menteri Belanda dan Nyonya Lubbers di Istana Merdeka.
PM Ruud van Lubbers yang disertai oleh sejumlah besar pengusaha Belanda, selain oleh pejabat-pejabat tinggi negeri itu, secara resmi akan berada di Indonesia sampai tanggal 3 November 1988.