Meski digelar secara mandiri, secara formal program kampanye sepak bola wanita yang dilakukan KAG dan klub sepak bola wanita mendapat dukungan moril dan rekomendasi dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) dan PSSI.
“Kami juga mendapat dukungan dari beberapa pengusaha, dan juga beberapa media partner. Sepak bola putri sudah jauh tertinggal, butuh kerja sama semua pihak, dengan segala potensi yang dimiliki masing-masing pihak,” tandasnya.
Selain tidak ada kompetisi resmi, kebanyakan turnamen level nasional yang digelar di Tanah Air, lebih banyak mempertemukan antar tim daerah, dengan asosiasi daerah sebagai peserta. Meski secara rata-rata kejuaraan tersebut tetap memanfaatkan sumber daya pemain dari klub.
Sedang klub sebagai layer terbawah dalam program pembinaan pemain, praktis sepanjang tahun ini tidak terdengar bertemu dalam format turnamen atau kompetisi tingkat nasional antar daerah. Laga uji coba dengan saling berkunjung antar klub, hanya sebagai penghibur diri.
“Tahun lalu, Bengawan Cup kami gelar di minggu terakhir akhir tahun. Tapi tahun ini, kami majukan seminggu, karena menyesuaikan libur akademi. Kami tidak ingin sepak bola menggangu pendidikan pemain sebagai aset masa depan bangsa,” ujar Manager Program KAG Wisnu. (Ant)