“Di Sumbar baru dilakukan di Kantor Camat Lubuk Begalung ini. Ke depan akan kita kembangkan ke daerah lainnya di Sumbar, mengingat cara budi dayanya tidak sesulit budi daya dengan cara tradisional,” ujarnya.
Ia menilai, bagi masyarakat yang hanya memiliki lahan yang tidak begitu luas, budi daya lele dengan teknologi bioflok merupakan cara yang tepat. Setidaknya, jika pun menjadi pembudidaya ikan lele yang banyak, masyarakat bisa mengandalkan hasil budi daya untuk kebutuhan ikan lele bagi masyarakat sekitar rumah.
“Budidaya lele dengan teknologi bioflok itu, sangat pas bagi masyarakat yang tinggal di komplek-komplek atau perumahan. Hal ini jika dijalani secara serius, dapat membantu perekonomian masyarakat,” tegasnya.
Yosmeri juga mengatakan, tahun ini Dinas Kelautan dan Perikanan Sumbar menargetkan menebarkan benih ikan air tawar sebanyak 300 ribu ekor. Untuk itu, saat ini untuk melakukan budi daya ikan lele dengan teknologi bioflok itu, ada sekira dua ribu lebih bibit ikan air tawar.
Wakil Gubernur Sumbar, Nasrul Abit, menyebutkan saat ini kebutuhan ikan lele di Sumbar sebanyak tiga ton sehari. Namun, ikan lelenya tidak berasal dari Sumbar, tapi turut didatangkan dari Provinsi Riau, dan Sumatera Utara.
Ia menyebutkan, melalui budi daya lele dengan teknologi bioflok itu akan mampu memenuhi kebutuhan ikan lele di Sumbar. Karena, untuk melakukan budi daya lelenya juga bisa menggunakan lahan yang tidak terlalu luas.
“Untuk membuat budi daya lele dengan teknologi bioflok itu hanya perlu menyediakan lahan 2 x 2 meter. Dari luas itu, sudah bisa membudidaya lele sebanyak 2.000 bibit ikan lele,” ucapnya.