Disampaikan, Ba Usung ini rangkaian dari proses pernikahan adat suku Banjar yang terputus dari tampilan prosesi itu yang terkadang tidak dipakai lagi oleh masyarakat.
“Ba Usung ini dalam proses pernikahan kadang tidak dipakai. Kami perkenalkan dan lestarikan lagi, karena ini budaya yang tak boleh lengkang,” ungkapnya.

Hilda berharap gelaran Ba Usung ini bisa lebih dikenal lagi oleh masyarakat dan generasi muda. Apalagi dalam prosesi pernikahan adat Banjar ini penuh makna filosofi. Salah satunya, pemadah atau petuah nasehat kedua orang tua pengantin.
Tidak hanya itu, guna lebih mengenalkan seni budaya daerah Banjar, kata Hilda, Anjungan Kalimatan Selatan juga telah menggelar lomba tingkat sekolah dasar (SD) se Jakarta Timur (Jaktim) untuk menyanyikan lagu-lagu daerah Banjar.
Melalui lomba ini diharapkan akan lebih mengenalkan seni dan budaya daerah Banjar ke pelosok nusantara dan mancanegara.
Adapun lagu-lagu daerah Banjar yang dilombakan, antara lain Lagu Anak Pipit, Saputangan Babuncu Empat, dan Ampar-Ampar Pisang.
Menurutnya, banyak generasi muda yang belum kenal lagu daerah Banjar. Bahkan mungkin anak-anak Kalimantan Selatan juga ada yang tidak kenal karena tergerus dengan lagu modern.
“Kami harapkan setelah mereka mengenal seni budaya Kalimantan Selatan bisa jadi agen melestarikan budaya bangsa ini,” kata Hilda.
