LEBAK — Nelayan pesisir selatan Kabupaten Lebak dan Pandeglang, Banten, sejak dua hari terakhir ini tidak berani melaut akibat siklon tropis yang menyebabkan gelombang tinggi disertai angin kencang dan hujan.
“Kami tidak berani melaut karena cuaca buruk itu,” kata Iming (45), seorang nelayan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Binuangeun, Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak di Lebak, Jumat (1/12).
Para nelayan tradisional yang menggunakan kapal perahu kincang dengan mesin motor tempel tidak berani melaut. Saat ini, ratusan nelayan terpaksa menambatkan kapalnya di TPI Binuangeun.
Mereka memutuskan untuk tidak melaut sehubungan dengan cuaca dan kondisi laut di pesisir Selat Sunda bagian selatan yang membahayakan bagi keselamatan jiwa mereka.
Selama ini, angin kencang disertai hujan dan ombak besar bisa menyebabkan bencana bagi nelayan, apalagi nelayan setempat masih bekerja secara tradisional.
“Kami lebih baik tidak melaut guna menghindari kecelakaan laut,” katanya.
Ia mengatakan belum lama ini perahu nelayan terdampar akibat diterjang ombak tinggi, namun beruntung bisa berlindung di sekitar batu karang. Namun, nelayan itu kini sudah kembali berkumpul bersama keluarga.
Kapal perahu kicang dengan panjang 1,8 meter dan lebar 1,2 meter itu tidak kuat menahan angin kencang dan ombak setinggi tiga sampai empat meter.
Selama nelayan tidak melaut, untuk menutupi keperluan keluarga sehari-hari terpaksa beralih pekerjaan menjadi buruh bangunan, ojek motor, dan berdagang.
“Kami sudah biasa jika cuaca buruk para nelayan di sini tidak melaut,” katanya.
Suryadi (55), nelayan TPI Panimbang Kabupaten Pandeglang, mengatakan dirinya bersama ratusan nelayan lainnya sejak sepekan menganggur akibat cuaca memburuk, selain hujan besar juga ombak dan angin kencang.