Pentingnya Regenerasi Pengembangan Duku dan Nangka

LAMPUNG – Pemilik lahan pekarangan dan perkebunan di wilayah Lampung Selatan terus mengembangkan tanaman duku atau dikenal dengan buah langsat. Tanaman tersebut salah satu sumber kebutuhan dan investasi saat masa puncak panen yang terjadi sekitar bulan Februari hingga Maret. Masa pembungaan dan penyerbukannya sendiri sekitar bulan September hingga Oktober.

Gunawan, salah satu pemilik kebun buah duku (Lansium domesticum) mengaku, sebagian tanaman duku miliknya merupakan tanaman yang tumbuh alami dengan persebaran oleh biji yang dimakan oleh kelelawar atau bajing.

Sebagian tanaman buah duku awalnya didatangkan dari Palembang, saat dirinya mengunjungi saudaranya di Baturaja. Bisa digunakan untuk menambah koleksi puluhan tanaman buah duku yang sebagian sudah tumbuh secara alami sejak sang kakek menetap di wilayah Dusun Pahabung Desa Ruang Tengah Kecamatan Penengahan.

Tanaman nangka mini yang mulai banyak dikembangkan. Masyarakat juga bisa meregenerasi tanaman nangka alam yang sudah tidak produktif. [Foto: Henk Widi]
Wilayah tersebut kini juga dikenal sebagai sentra buah duku dan nangka serta buah lokal lain selama puluhan tahun. Hampir rata-rata pemilik kebun mengembangkan tanaman buah-buahan di wilayah tersebut. Sentra buah duku dan nangka lainnya di antaranya di Kecamatan Way Sulan, Katibung dan Merbau Mataram.

Pengembangan tanaman buah dengan jenis pohon kayu duku dan nangka, diakui Gunawan, karena kondisi wilayah perbukitan namun dekat dengan aliran sungai Way Pisang. Warga pun memilih menanam pohon duku dan nangka sebagai penahan abrasi sungai saat banjir dan longsor di lereng tebing. Selain sebagai tanaman untuk menjaga rehabilitasi daerah aliran sungai way Pisang, sebagian masyarakat Pahabung, Sibanjar, Sekurip hingga ke wilayah Sukaraja kecamatan Palas juga membudidayakan tanaman buah untuk komoditas yang bernilai ekonomis.

Lihat juga...