Senggigi Sepi, Pemda Lombok Barat Diminta Berinovasi
Sebab kondisi tata ruang di kawasan Senggigi saat ini sangat memprihatinkan. Bukit-bukit di sekitar Senggigi banyak dikeruk untuk pembangunan villa yang mengakibatkan banjir bagi hotel besar yang ada di bawahnya. Itu dikeluhkan banyak pihak.
“Hotel besar seperti Qila dan Sheraton di antaranya mengeluh kondisi pengendalian tata ruang di perbukitan kawasan Senggigi yang tidak ada pengendalian, akibat pengerukan perbukitan untuk pembangunan villa. Mereka terdampak banjir termasuk limbah,” katanya.
Lampu gelap, banjir di beberapa titik, Qila setiap tahun pemasukan retribusi mencapai 7 miliar. Tapi dari sisi kontribusi sangat minim, jadi harus ada timbal balik antara pengusaha dan Pemda.
Lebih lanjut Faozal menambahkan, dengan kondisi tersebut Dispar NTB bukannya diam tanpa bergerak melakukan sesuatu. Ia mencontohkan untuk terus menarik kunjungan wisman ke Senggigi, Dispar menggelar Festival Senggigi setiap tahun sebagai bentuk promosi.
Sebelumnya, Bupati Lombok Barat, Fauzan Khalid mengakui, kalau kunjungan wisatawan ke kawasan Senggigi mengalami penurunan cukup drastis dalam beberapa waktu terakhir, membuat Pemda harus turun tangan aktif menangani kondisi tersebut.
Menurutnya, kawasan pariwisata Senggigi harus dibenahi ulang, karena penataannya dinilai tidak baik sejak awal. Terutama dari sisi infrastruktur, penerangan, dan area pantai.
Untuk tujuan itu Pemda telah berulang kali mengadakan pertemuan dengan Asosiasi Pengusaha Hiburan (APH) beserta para pelaku usaha perhotelan di Senggigi.
“Keseriusan kami untuk menata bersama-sama dengan pelaku usaha tersebut sebagai bentuk upaya rasa peduli Pemda Lobar terhadap Senggigi,” tegas Fauzan.