LONDON – Sekitar 14 juta orang menjadi tunawisma setiap tahun akibat bencana, seperti, banjir dan badai.
Bahkan tercatat, pertambahan pengungsi dapat terjadi ketika perubahan iklim berdampak lebih besar, kata laporan Badan Penanggulangan Bencana PBB (UNISDR) dan Pusat Pemantauan Pengungsi (IDMC), yang bermarkas di Jenewa, Jumat (13/10/2017).
Gempa, tsunami, banjir dan badai tropika adalah bencana utama, yang diperkirakan menyebabkan banyak pengungsi, dengan negara di Asia. Dan rumah tercatat menjadi bagian paling t erdampak paling berat ketika sebuah bencana terjadi. “Bagi 60 persen masyarakat dunia, terdampak paling berat adalah rumah,” ungkap UNISDR.
Delapan dari sepuluh negara dengan tingkat pengungsi tertinggi dan kerugian terbanyak atas pemukiman berada di Asia Selatan dan Tenggara. Delapan negara tersebut termasuk India, tempat rata-rata 2,3 juta orang terpaksa meninggalkan rumah mereka setiap tahun, dan China, dengan 1,3 juta orang harus mengungsi setiap tahun.
Jumlah tersebut tidak mencakup masyarakat yang diungsikan menjelang bencana, dan orang-orang yang terlantar akibat kekeringan atau naiknya permukaan lautan.
Rusia dan Amerika Serikat juga tampil sebagai negara berisiko terdampak bencana yang menyebabkan tunawisma dengan skala besar. Kecuali jika kedua wilayah tersebut mampu memberikan kemajuan yang besar dilakukan dalam mengelola risiko bencana.
“Temuan ini menggarisbawahi tantangan yang harus kita hadapi dalam mengurangi jumlah masyarakat yang terkena dampak bencana,” kata Perwakilan Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk pengurangan risiko bencana Robert Glasser.
Banjir paling dahsyat dalam satu dasawarsa belakangan melanda Asia Selatan, menewaskan lebih dari 1.400 orang pada 2017. Dan menjadi pusat perhatian terhadap perencanaan yang buruk dalam penanganan bencana, seperti upaya pihak berwenang dalam membantu jutaan korban selamat.