MATARAM – Sampai saat ini perekonomian Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) sebagian besar masih bertumpu dan bergantung dari sektor pertambangan dan pariwisata, padahal sebagai daerah agraris, potensi sektor pertanian NTB juga tidak kalah dengan pertambangan dan pariwisata, tapi belum dimanfaatkan secara maksimal.
“Secara sektoral ada ketimpangan, sekarang ini kita lebih banyak bertumpu pada sektor tambang dan pariwisata, sementara sektor lain seperti pertanian juga sangat potensial secara ekonomi dan penyerap tenaga kerja cukup besar,” kata Kepala Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPMPT ST), Lalu Gita Ariadi di Mataram, Rabu (4/10/2017).
Ia mengatakan, banyak komoditi pertanian potensial dan bernilai ekonomi tinggi untuk dikelola dan dikembangkan bagi kesejahteraan masyarakat seperti jagung, tebu, perikanan dan peternakan.
Selain itu sektor pertanian juga lebih ramah lingkungan daripada tambang. Untuk itulah, investasi sektor pertanian harus terus digenjot bisa masuk NTB dan salah satunya adalah pabrik gula di Kabupaten Dompu.
“Proses hilirisasi dari dari kedua sektor tersebut ke sektor pertanian menjadi sebuah keniscayaan dengan luas lahan demikian besar, khususnya Pulau Sumbawa masih sangat potensial,” katanya.
Gita mencontohkan, keberadaan kawasan Samota Pulau Sumbawa dengan potensi pertanian yang terdapat di dalamnya harus digenjot, menggiring investor mau menanamkan investasinya pada sektor pertanian, di mana Gubernur NTB sendiri telah membentuk tim percepatan pembangunan kawasan Samota.
Data Badan Pusat Statistik (BPS), Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) merilis, sampai triwulan pertama 2016, sektor pertanian, kehutanan dan perikanan masih menjadi sektor paling berkontribusi besar mendorong pertumbuhan ekonomi NTB yaitu 21,57 persen.