Damar di Lampung Selatan Terancam Punah

Upaya pelestarian pohon damar sebagai komoditas hasil hutan non kayu yang mulai nyaris punah tersebut diakui oleh Toni sudah dilakukan oleh sebagian masyarakat dengan kesadaran mandiri sebagian berkat gencarnya sosialisasi dari pihak terkait.

Harga getah damar bagi pemilik pohon damar yang masih lestari kini masih dikisaran Rp10ribu hingga Rp15 ribu per kilogram sehingga warga banyak memilih menanam kakao dengan harga jual lebih mahal mencapai Rp20 ribu hingga Rp23 ribu per kilogram.

Keberadaan pohon damar yang tinggal sejarah bahkan hanya dikenal oleh generasi tua di wilayah tersebut diakui Toni akan punah, jika masyarakat tidak memiliki kesadaran untuk melakukan upaya penanaman pohon damar sebagai tanaman konservasi termasuk sebagai sumber pendapatan ekonomi.

”Pasca banyak warga yang terimbas proyek jalan tol trans sumatera banyak pohon ditebang sebagai bahan bangunan dan kita maklumi juga penjualan pohon damar karena kebutuhan ekonomi,” terang Tony.

Kini sebutan kampung damar di wilayah tersebut tinggal kenangan dengan jumlah kebun atau pohon damar yang terbatas. Kalaupun ada sebagian telah ditanam dengan tanaman lain dengan pola penanaman beragam atau multy purpose trees system (mpts) diantaranya dengan pohon medang, bayur serta tanaman pisang dan kakao dengan harapan hasil panen lebih beragam.

Pola panen damar usia puluhan tahun yang harus dipanjat untuk memperoleh gumpalan getah sekaligus menjadi faktor berkurangnya masyarakat menanam damar karena hanya pemilik keahlian khusus yang bisa memanen getah damar mata kucing dengan memanjat menggunakan tangga atau tali.

Toni juga memastikan tanaman damar yang sebagian kini berusia hampir tiga hingga lima tahun akan bisa dipanen maksimal oleh keturunannya sehingga ia berpesan tidak boleh menebang pohon damar untuk bisa dimanfaatkan sebagai sumber penghasilan dan kelak saat pohon damar langka harga damar bisa lebih baik.

Lihat juga...