Cenil, Cemilan Tradisional yang Laris Manis

PONOROGO – Cenil, panganan yang terbuat dari tepung tapioka dengan warna-warni yang khas serta diberi taburan kelapa dan air gula merah memang paling pas dijadikan cemilan. Panganan tradisional ini sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Jawa Timur.

Penjual sekaligus pembuat cenil, Sugeng. -Foto: Charolin Pebrianti

Rasanya yang manis serta keunikan tekstur cenil yang lengket, paling enak dijadikan cemilan sore hari ditemani secangkir kopi panas. Cenil berbentuk bulat memanjang dan biasanya berwarna merah.

Penjual cenil di Ponorogo, Sugeng, saat ditemui menuturkan, cenil memang paling laris dibandingkan panganan lainnya seperti getuk lindri dan ketan klepon. “Cenil itu dari awal buka pasti langsung habis duluan,” jelasnya, kepada Cendana News, Sabtu (7/10/2017).

Sugeng yang membuka warungnya di Jalan Urip Sumoharjo ini menerangkan, satu porsi cenil dijual seharga Rp3 ribu lengkap dengan taburan parutan kelapa dan air gula merah. “Saya buka mulai pukul 18.00-21.00 WIB, cenil yang selalu habis duluan,” cakapnya.

Warungnya yang buka sejak 2010 ini, selalu diburu pencari kuliner tradisional. Pasalnya, selain cenil juga ada getuk lindri dan ketan klepon. Getuk lindri terbuat dari ketela, sedangkan ketan klepon terbuat dari campuran ketan dan tepung tapioka.

“Satu kali adonan saya bisa menghabiskan 2 kilogram tepung tapioka untuk bahan cenil,” tandasnya.

Salah satu pembeli, Sri Widodo menambahkan, cenil buatan Sugeng memang paling banyak diburu. Selain karena tempatnya mudah ditemukan, juga karena rasanya yang lezat. “Cenilnya yang jelas kenyal, ditambah rasa manis dari air gula merah jadi semakin lezat,” pungkasnya.

Lihat juga...