Cegah Pengeboman Ikan di Flores, YPPS dan YTIB Bangun Pos Pengawasan
Kesadaran masyarakat pun terangnya, sudah mulai terbentuk dan hampir seluruh desa–desa di Solor Selatan, sehingga sudah tidak ada pengeboman ikan. Padahal dulunya sehari bisa terjadi puluhan kali kasus di mana para pengebomnya berasal dari Lamahala dan Lamakera di Flotim serta dari Kabupaten Sikka dan Ende.
“Ikan yang telah lama masyarakat tidak melihatnya karena hilang kini mulai mudah ditangkap. Rombongan ikan sering terlihat bermain di pinggir pantai dan nelayan mulai melakukan penangkapan ikan menggunakan kail dan pukat serta tidak berani menangkap ikan yang dilindungi seperti Pari Manta, Hiu dan Napoleon,” kata Andreas.
Yohanes Eban Sogen nelayan desa Bubu Atagamu yang ditanyai Cendana News mengakui, sebelum adanya pendampingan dari YPPS dan YTIB yang berkantor di desanya, dalam sehari di laut Solor Selatan terjadi pengeboman ikan sebanyak 30 sampai 40 kali di mana pengeboman dilakukan hingga ke pinggir pantai,
Yohanes mengaku, dulunya dirinya harus memancing hingga ke laut dengan kedalaman 80 sampai 90 meter untuk mendapatkan ikan karang di dasar laut. Tapi saat ini dirinya bisa memancing hingga kedalaman 10 sampai 20 meter saja dan ikan pun sudah mulai banyak terlbih di bulan Juli sampai Oktober.
“Saya sering melepas pukat saat malam hari dengan kedalaman sekitar 10 meter dan pagi harinya baru pukat tersebut diangkat. Hasilnya selalu saja mendapat banyak ikan. Pernah sekali ditemukan ikan Napoleon terkena jaring dan sudah mati sehingga saya takut lalu melapor ke YTIB dan ikannya disuruh dikonsumsi,” ungkapnya.
Dulu kata Yohanes sering menjumpai ikan Pari Manta dan Napoleon tapi setelah marak pengeboman ikan tersebut hampir tidak ditemukan lagi. Saat ini sudah ada beberapa ekor yang terlihat kembali tapi karena sudah diberitahu jenis ikan yang dilindungi maka dirinya tidak menangkapnya.