Pengrajin Ukiran Gading Sikka Butuhkan Bantuan Modal
MAUMERE — Pengrajin ukiran khususnya berbahan baku gading, tanduk rusa, tulang ikan, kayu dan bebatuan di Kabupaten Sikka jumlahnya bisa dihitung dengan jari dan yang paling terkenal berasal dari Kecamatan Koting khususnya Keluarga Kabupung yang selama ini selalu identik dengan pengrajin ukiran dari gading.
Frans Lukas Moang Wakor Kabupung salah seorang pengrajin yang ditemui Cendana News di tempat usahanya di Pusat Jajanan dan Cinderamata (PJC) Kota Maumere, Selasa (5/9/2017) mengatakan, di Kabupaten Sikka hampir jarang ditemukan pengrajin sebab hasil karya masih belum banyak diminati kecuali gelang berbahan dasar gading gajah.
Dikatakan Frans keahlian membuat ukiran hingga menjadi cincin, gelang, anting, kalung hingga tongkat komando seperti milik TNI dan Polri serta ukiran lainnya sesuai pesanan pembeli, didapatkan secara turun temurun dari orang tua mereka dan merupakan bakat.
“Keahlian ini kami dapatkan dari leluhur kami dan secara otodidak sehingga tidak melalui sebuah pelatihan atau sekolah khusus tetapi yang penting memiliki niat dan ketekunan untuk berusaha,” ujarnya.
Frans mengatakan, sebagai pengrajin mereka tentu membutuhkan bantuan modal dan promosi usaha mereka oleh pemerintah sehingga hasil karya mereka lebih banyak dikenal pembeli dan bisa menambah pendapatan.
“Biasanya dalam sehari ada saja yang datang membeli hasil karya kami tapi yang sering dibeli adalah gelang,, anting dan cincin dari bahan dasar gading sebab aksesoris ini selalu dikenakan para perempuan di Sikka dan di NTT,” ungkapnya.
Harga jual cincin berbahan dasar gading di tempat usaha Yosef Siga yang ditempati Frans berkisar antara 250 ribu sampai 500 ratus ribu rupiah untuk anting dan cincin serta 1,5 juta rupiah sampai 2,5 juta rupiah untuk gelang.
Sementara untuk yang menggunakan bahan baku tanduk rusa dan tulang ikan paus atau juga hiu dan lumba-lumba bisa lebih muarah berkisar antara 50 ribu rupiah sampai 500 ribu rupiah sebuahnya.
“Saya juga membuat gelang gading dari bahan serbuk gading yang saya olah sendiri dan dijual dengan harga 500 ribu rupiah sebuahnya dan banyak juga yang membelinya,” tuturnya.
Gadings ebagai bahan baku beber Frans semakin sulit didapat meski di masyarakat masih banyak yang menyimpannya tetapi kalau ditanyai mereka tidak mengatakan memiliki sebab takut dicuri oleh orang.