Pasca Lebaran Haji, Usaha Rumahan Tungku Abu Banjir Pesanan
Menggunakan alat yang disebut peretan, setelah bahan baku abu sekam dicampur dengan lumpur, proses pencetakan dilakukan dengan ukuran tungku abu kecil setinggi 32 sentimeter dan tungku besar setinggi 44 sentimeter. Butuh ketekunan dalam proses pencetakan tungku abu serta penggunaan komposisi abu dan lumpur. Sebab menentukan kualitas tungku sehingga tetap awet saat digunakan. Campuran abu sekam padi dan lumpur 40:60 membuat tungku abu buatannya tidak gampang retak dibandingkan tungku produksi lain yang kerap retak akibat komposisi yang kurang pas.
“Jika tungku yang saya buat cacat misalnya salah satunya retak saat masih belum dipakai, justru akan merugikan saya sehingga mutu tetap saya pertahankan. Salah satunya dengan ketelatenan dan pencampuran komposisi bahan yang pas,” terang Zubaidi.
Sebagai usaha rumahan dengan mengandalkan tenaga kerja sendiri ia masih menggantungkan kondisi cuaca yang sangat dibutuhkan untuk proses pengeringan tungku secara alami. Butuh waktu sekitar satu bulan agar tungku abu sekam buatannya kering sempurna. Proses pembakaran dilakukan di tobong tungku setelah jumlahnya mencapai 100 buah tungku.
Pada pertengahan bulan Agustus hingga awal September ia telah mendapatkan banyak pesanan tungku abu oleh warga yang akan melangsungkan hajatan setelah bulan besar atau hari raya Idul Adha 1438 H. Sebagai upaya memenuhi permintaan konsumen dirinya mengerjakan pembuatan tungku hingga malam hari. Menyelesaikan pesanan tungku secara tepat waktu. Di antaranya ada yang memesan hingga lima tungku dalam satu rumah. Sisanya dijual secara keliling menggunakan kendaraan roda dua.