Tidak hanya itu, Wali Nagari Batipuah Baruah, Mardalis Dt Hitam, juga mengungkapkan kekecewaannya terhadap pembangunan embung tersebut. Menurutnya, keberadaan bendungan ini sudah lama dan bahkan sebelum ia lahir, aktivitas perikanan sudah dilakukan.
“Dulu, bendungan atau telaga ini, masih alami. Airnya banyak. Tapi, setelah ditembok sekeliling pinggirannya, air hilang. Alah mandapek mangko kahilangan kami rasanya, Pak,” kata Wali Nagari, di hadapan Wakil Gubernur Sumbar, Nasrul Abit di Masjid Babussalam Payo, ketika menghadiri kegiatan kerukunan Rangmudu Batipuah (Kerabat).
Embung yang dibangun Balai Wilayah Sungai Sumbar V, itu, terang Wali Nagari, menghabiskan dana sekitar Rp2,4 miliar. Bahkan, tahun lalu, kembali dicoba menggalinya dengan dana aspirasi DPRD Sumbar sebesar Rp200 juta. Namun, air tetap juga tidak muncul.
“Sumber airnya dulu alami. Entah, dari mata air, resapan, kami juga tidak tahu,” terang Mardalis.
Padahal, terangnya lagi, ketika air menggenangi embung tersebut, paling tidak setiap kali panen ikan larangan, dalam rentang waktu 10 bulan hingga 1 tahun, menghasilkan Rp80 juta.
Mardalis pun berharap, pemerintah provinsi dapat mencarikan solusinya, sehingga embung yang sudah menelan biaya miliaran rupiah ini dapat dimanfaatkan. “Kami berharap sekali, Pak Wagub bisa mencarikan solusi terbaik. Karena, sumbangan terbesar untuk pembangunan Masjid ini, datang dari hasil ikan larangan,” bebernya.
Menyikapi ungkapan masyarakat itu, Wakil Gubernur Sumbar, Nasrul Abit, menyatakan meminta kepada Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) untuk berkoordinasi dengan pihak Balai Sungai. Sebab, pembangunan embung ini bersumber dari dana APBN, dan bukan dari APBD.