PURWOKERTO — Sebanyak 40 pelaku industri kecil dan menengah dari Kabupaten Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, dan Kebumen, Jawa Tengah, mengikuti pelatihan “e-smart” yang diselenggarakan Direktorat Pangan, Barang dari Kayu, dan Furnitur, Kementerian Perindustrian.
Dalam sambutan tertulis yang dibacakan Kepala Subdirektorat IKM Minuman dan Bahan Penyegar Direktorat PBKF Junaidi saat pembukaan pelatihan “e-smart” di Hotel Wisata Niaga, Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Selasa, Direktur PBKF Kemenperin Sudarto mengatakan IKM merupakan salah satu tulang punggung nasional yang diharapkan memberi kesejahteraan bagi masyarakat secara luas.
“Saat terjadi krisis ekonomi pada 1998, industri kecil dan menengah masih bisa menopang perekonomian Indonesia dan kuat karena bahan bakunya dari dalam negeri, tidak tergantung impor,” katanya.
Terkait dengan “e-smart”, dia mengatakan berdasarkan hasil penelitian Deloitte Access Economics, lebih dari sepertiga pelaku IKM di Indonesia masih menggunakan cara luar jaringan atau “offline” dalam menjalankan usahanya. Berdasarkan data Kemenperin, baru 4 persen IKM di Indonesia yang melakukan penjualan secara daring.
“Ini peluangnya besar sekali. Diharapkan ke depan akan meningkat 10 kali lipat dari sekarang,” katanya.
Oleh karena itu, kata dia, Kemenperin menyelenggarakan pelatihan “e-smart” bagi para pelaku IKM PBKF di wilayah Kabupaten Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, dan Kebumen (Barlingmascakeb).
Ia mengatakan dalam pelatihan yang digelar hingga 30 Agustus, para pelaku IKM PBKF, antara lan akan mendapatkan bimbingan teknis, pendampingan, dan sertifikasi.