Produksi dengan Mesin Cetak, Produsen Batu Bata Alami Kenaikan Signifikan

Asmin mengaku, baru beralih memproduksi batu bata merah dengan mesin cetak press sejak tahun 2013. Meski membeli mesin tersebut dalam kondisi bekas dengan harga Rp12 juta dengan type mj002 tetap mampu memproduksi batu bata merah cetak rata-rata per hari sebanyak 5000 buah. Jumlah tersebut diakuinya meningkat sangat signifikan dibandingkan produksi batu bata merah dengan sistem cetak tubruk dengan maksimal per hari produksi batu bata hanya mencapai 1000 buah.

Memiliki tobong bata berukuran 6 meter x 6 meter terbuat dari bambu dan kayu beratapkan asbes yang dimodifikasi dengan atap terpal, Asmin melakukan produksi batu bata merah cetak bersama isteri dan satu orang pekerja lain dengan produksi batu bata merah mencapai 5000 buah per hari. Sistem penggunaan mesin cetak diakuinya memiliki keunggulan dalam proses kecepatan pembuatan serta penghematan tenaga. Ia menyebut, cukup dengan penggunaan tiga orang tenaga kerja produksi bisa berjalan dengan pembagian tugas memasukkan tanah ke mesin cetak, mencetak, dan memotong batu bata serta menyusun batu bata ke penjemuran.

Meski demikian, ia menyebut, biaya tambahan masih harus dikeluarkan untuk pembelian bahan bakar minyak dengan sehari produksi diakuinya menghabiskan modal sekitar Rp50 ribu untuk pembelian bahan bakar solar penggerak mesin disel miliknya. Berbeda dengan sistem manual pembuatan batu bata dengan mesin cetak atau press diakuinya harus membutuhkan ketepatan, kekompakan, karena mesin terus berjalan sekaligus proses pencetakan batu bata harus terus dilakukan selama mesin hidup.

“Jika sistem manual kita bisa istirahat sejenak saat lelah. Sementara dengan mesin adonan tanah yang sudah siap harus cepat dicetak agar tidak kering dan mudah dicetak. Berhenti saat selesai semua adonan,” terang Asmin.

Lihat juga...