Momentum Berkibar Kembali Maritim Indonesia

JAKARTA – Kebijakan dan regulasi serta tantangan terhadap sumber daya manusia yang profesional untuk suksesnya tol laut, poros maritim, dan pelayaran nasional Indonesia menjadi perhatian para praktisi, khususnya di bidang kelautan.

Mengutip kembali pidato Presiden Joko Widodo ketika pertama kali menjabat menjadi Presiden, bangsa Indonesia harus bekerja dengan keras untuk mengembalikan sebagai negara maritim.

“Samudra, laut, selat dan teluk adalah masa depan peradaban. Kita telah terlalu lama memunggungi laut, memunggungi samudra, memunggungi selat dan teluk,” kata Presiden Joko Widodo, waktu itu.

Perbincangan hangat mengenai maritim tersebut kembali mengemuka pada seminar dan dialog maritim Latihan Kepemimpinan Kader Muda Maritim Corps Alumni AMI dan STIMar (CAASA) di Jakarta, belum lama ini. Temanya adalah kebijakan dan regulasi serta tantangan terhadap Sumber Daya Manusia yang profesional untuk suksesnya tol laut, poros maritim, dan pelayaran nasional Indonesia.

Abdul Muis, Bsc, Mar, Dewan Pakar CAASA menjelaskan, bahwa sudah hampir 3 tahun pemerintahan Jokowi dan JK, tol laut dan poros maritim menjadi salah satu program kerja yang disebut dengan Nawacita. Baru tol laut yang terealisasi, dengan menunjuk Pelni sebagai kapal perintis dan beberapa perusahaan swasta lainnya, melayani trayek angkutan, utamanya angkutan barang dari barat ke timur untuk menghindari terjadinya disparitas harga yang tinggi di wilayah timur tersebut.

Menurutnya, pembangunan tol laut dan poros maritim adalah semua kegiatan dan aktivitas yang berhubungan dengan laut, antara lain penyediaan armada kapal niaga, armada perikanan, pelabuhan, dan berbagai aspek lainnya, baik SDM, infrastruktur, keamanan laut, kedaulatan maritim dan lain-lain. Proyek pembangunan 24 pelabuhan yang sedang dilakukan oleh pemerintah dengan anggaran triliunan rupiah akan mubazir, kalau tidak ada atau jarang kapal-kapal yang datang ke pelabuhan tersebut untuk melakukan aktivitas.

Lihat juga...