Kerajinan Songket Melayu Sambas Butuh Sentuhan Perhatian
Motif itu, berbentuk segitiga, memanjang, dan lancip sesuai dengan tunas bambu muda. Pucuk Rebung digunakan sebagai motif Songket mengandung makna luas dan dalam.
Tenunan kain Songket Sambas diperkirakan sudah ada sebelum berdirinya Kesultanan Islam Sambas, di mana sebelumnya di Sambas telah berdiri kerajaan Hindu berumur sekitar 300 tahun.
Selain motif Pucuk Rebung, kain Songket Sambas juga menggunakan motif yang dikreasi oleh penerus-penerus pelaku kerajinan tersebut.
Motif modern kain Songket Sambas, antara lain motif Bunga Telur Mata Ayam, Bunga Cangkring, Tujuh Tabur Bunga, Bunga Tanjung, Bunga Malek, dan Tahi Lalat.
Motif lama yang masih ada, selain Pucuk Rebung juga ada Mata Punai, Bunga Pecah, Bunga Cengkeh, Bunga Cempaka, Bunak Melur, Siku Keluang, Piji Periak, Angin Putar, Ragam Banji, dan Tepuk Dada. Semuanya memiliki ciri khas menggunakan benang emas.
Dalam kehidupan sosial masyarakat, khususnya Suku Sambas, kain Songket ditempatkan pada kasta tertinggi. Kain itu merupakan pakaian kebesaran yang kerap dipakai orang-orang dalam majelis-majelis musyawarah yang menghadirkan para pembesar negeri, seperti raja atau sultan maupun para pemimpin daerah.
Kain Songket juga kerap digunakan dalam acara adat masyarakat Melayu Sambas, seperti upacara perkawinan. Pada acara yang disakralkan masyarakat Melayu, kain Songket berfungsi sebagai bahan hantaran mempelai laki-laki kepada perempuan.
Dalam perkembangannya, seperti yang dilakukan perajin Aida, kerajinan itu tidak hanya dibuat menjadi kain Songket, namun juga berbagai produk lain yang berkelas, seperti dasi, syal, dan peci. Kain tenun Songket juga dapat dijadikan bahan pembuatan baju dan celana.