SURABAYA – Sejumlah daerah di Jawa Timur bagian selatan merupakan daerah rawan kekeringan pada musim kemarau ini. Namun, hingga saat ini daerah tersebut masih aman dari kekeringan, karena intensitas hujan masih tinggi.
“Berdasarkan hasil koordinasi dengan Prakirawan BMKG, intensitas hujan di Jatim masih tinggi. Jadi, belum ada daerah yang mengalami kekeringan di Jatim,” kata Kepala Pelaksana BPBD Jatim, Sudarmawan, di Surabaya, Selasa (15/8/2017).
Daerah bagian selatan Jatim yang kerap mengalami kekeringan, yakni Banyuwangi, Bawean, Pacitan, dan Malang. Namun, sampai saat ini intensitas hujan di daerah tersebut masih tinggi, misalnya curah hujan di Banyuwangi mencapai 62 mm, Bawean 21,7 mm, Pacitan 18,2 mm, dan Malang 15,7 mm.
Menurut Darmawan, penyebab masih tingginya potensi hujan terjadi di empat wilayah yang berada di selatan ini, karena faktor lokal. Yakni didominasi pegunungan, di mana faktor adanya angin dari gunung atau angin dari darat dan laut menyebabkan pertumbuhan awan hingga turun hujan. “Menurut BMKG faktor inilah yang memicu faktor lokal atau hujan orografis,” kata Darmawan.
Sementara untuk wilayah Malang, karena dikelilingi pegunungan. Sementara untuk wilayah Bawean, karena dikelilingi laut dan Pacitan yang berbatasan dengan Samudera Hindia. “Musim kemarau bukan berarti tidak akan ada hujan, faktor lokal menjadi penyebab turunnya hujan,” kata mantan Sekda Kabupaten Bangkalan, Madura, itu.
Sebagian besar wilayah Jatim, HTH kriteria panjang yakni antara 21-30 hari, sedangkan kriteria sangat panjang antara 31-60 hari terjadi di sebagian kecil Kabupaten Madiun, Jombang, Mojokerto, Malang, dan Bondowoso, serta di sebagian besar Kabupaten Pasuruan dan Probolinggo. Kekeringan ekstrem terjadi di Kedudung Bangkalan.