LEBAK — Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lebak mendorong komoditas perkebunan kakao atau coklat menjadikan produk unggulan daerah sehingga dapat mendongkrak pendapatan ekonomi petani.
“Kami optimistis Lebak kedepan menjadikan daerah unggulan kakao karena didukung lahan begitu luas,” kata Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Kabupaten Lebak Dede Supriatna di Lebak, Sabtu (19/8/2017).
Pemerintah daerah tahun ke tahun terus meningkatkan pengembangan perluasan tanaman kakao melalui peremajaan guna meningkatkan produksi dan produktivitas coklat.
Produksi kakao di daerah itu mencapai 2.280 ton dari lahan seluas 5.752 hektare.
Realisasi pengembangan peremajaan tanaman kakao tahun 2017 seluas 50 hektare dialokasikan dari APBD Kabupaten Lebak.
Pengembangan tanaman coklat itu guna meningkatkan produksi juga peningkatan pendapatan ekonomi petani.
Saat ini, permintaan biji kakao cukup tinggi di pasaran sehingga pemerintah daerah menggenjot produksi melalui bantuan program pengembangan tanaman kakao kepada kelompok tani secara gratis.
“Kami berharap pengembangan tanaman kakao menjadikan andalan ekonomi petani karena harga di tingkat penampung antara Rp30.000-40.000 ribu per kilogram.
“Jika seluas satu hektare menghasilkan dua ton kakao dipastikan pendapatan petani mencapai Rp60 juta dengan harga di pasaran Rp30.000/Kg,” katanya.
Ia mengajak petani agar mengembangkan budi daya komoditas kakao dengan penerapan rekayasa teknologi.
Penerapan rekayasa teknologi itu mulai dari benih unggul, pupuk berimbang antara organik dan non-organik juga pemeliharaan serta perawatan tanaman.
Sebab, petani di sini mengembangkan tanaman kakao masih dikelola secara tradisional dan hanya menjadi simpanan tabungan.