Daun Rumbia Masih Dimanfaatkan Warga Penengahan Sebagai Atap Bangunan
Hadi yang sudah membuat daun rumbia sejak tahun 2000 tersebut mengaku saat ini tengah menyelesaikan pesanan atap rumbia sebanyak 100 lembar dengan panjang masing masing dua meter sebagai atap bangunan saung pada rumah makan apung yang tengah menjamur di wilayah tersebut.
Proses pembuatan dikerjakan setiap hari dengan jangka waktu beberapa pekan bisa diselesaikannya dan saat atap selesai dibuat pemesan akan mengambil dengan kendaraan untuk diaplikasikan dengan bangunan.
Daun rumbia yang diambil dari rimbunan pohon yang sengaja dipertahankan di dekat rumahnya tersebut hanya memerlukan bahan baku bambu hitam sebagai penjepit daun serta bambu tali untuk menganyam daun rumbia yang dibentuk menjadi atap. Daun rumbia sengaja dibuat atap dalam kondisi basah untuk mempermudah proses pembentukan dan bisa lebih awet saat dipasang pada bangunan.
Latif salah satu pengguna atap daun rumbia menyebut memilih atap tersebut sebagai beranda rumah dengan alasan atap daun rumbia lebih murah dan tidak terlalu panas saat kondisi cuaca musim kemarau serta mudah mengalirkan udara ke dalam rumah. Ia bahkan menggunakan atap daun rumbia untuk pembuatan dapur, meski diakuinya penggunaan daun rumbia harus berhati hati agar tidak mudah terbakar jika terkena api.
“Kuncinya harus selalu berhati hati dalam penggunaan atap daun rumbia namun dengan keterbatasan ekonomi juga penggunaan atap tersebut masih menjadi pilihan,” cetus Latif.
Banyaknya pohon rumbia yang masih terdapat pada aliran sungai di wilayah tersebut diakui Latif membuat pembuat atap daun rumbia masih banyak dijumpai di wilayah tersebut bahkan dalam satu desa ada sebanyak lima orang pembuat atap daun rumbia.