Tahun Ini, Harga Cengkeh di Lampung, Tinggi
Selain digunakan untuk membiayai anaknya sekolah masuk SMP, hasil penjualan cengkeh yang lumayan tinggi pada masa panen kali ini akan dipergunakannya untuk keperluan sehari-hari, ditambah penjualan hasil panen komoditas perkebunan lain yang ditanam, di antaranya pisang dan sayuran.
Perawatan pohon cengkeh yang mudah dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi, membuat dirinya masih tetap mempertahankan pohon cengkeh di kebunnya yang sudah berumur lebih dari 6 tahun. “Proses penjemuran cengkeh cukup sederhana, karena kami masih bisa memanfaatkan bahu jalan raya untuk menjemur dengan menggunakan terpal selama lima hari bisa kering”, ungkap Wayan Surti.
Salah satu pengepul cengkeh di Kecamatan Ketapang, Somad, menyebut kejayaan perkebunan cengkeh yang sempat anjlok di harga sekitar Rp15.000 per kilogram pada 1990-an, membuat sebagian petani menebang dan merombak sebagian besar tanaman yang mereka miliki dan mengganti dengan tanaman jagung. Saat ini, di wilayah Kecamatan Ketapang, Penengahan dan Bakauheni, ia menyebut hanya terdapat puluhan petani penanam cengkeh yang masih mempertahankan tanaman yang sebagian sudah diremajakan.
“Saat ini, memang selain hasil panen minim penanam cengkeh sudah berkurang, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya sehingga harganya lumayan membaik”, ungkap Somad.
Ketersediaan stok yang menipis tersebut diakuinya memberi keuntungan bagi petani, dengan harganya yang meningkat dan ia juga masih mendapat kepercayaan untuk menyetor sebanyak 1 ton cengkeh kering ke distributor yang mengumpulkan dari para pengepul untuk dipasok ke perusahaan rokok.
Harga cengkeh diakui Somad tak selamanya tinggi, karena saat masa panen raya harganya bisa anjlok di kisaran Rp85.000 per kilogram. Sebagian petani yang terbiasa menjual cengkeh saat harga tinggi di atas Rp100 ribu bahkan diakuinya harus rajin dan pandai menyiasati waktu yang tepat untuk melakukan proses penjualan cengkeh dengan menahan stok dan menjualnya saat harga tinggi.