Sementara itu, Sularsih, pemilik rumah yang mendapatkan bantuan berupa dibangunkan rumah, menyatakan sangat berterimakasih. Sebab, sudah menunggu selama 17 tahun, baru ada dermawan yang mau membenahi rumah setelah roboh akibat bencana gempa di Bantul, Yogyakarta, pada 2004 silam.
Selama ini, pria 54 tahun itu mengaku tinggal di bawah tenda yang terbuat dari terpal. “Istri, saya pulangkan ke mertua di Sragen. Sementara saya tinggal di tenda terpal, karena tidak kuat bangun rumah yang roboh akibat gempa dulu,” ucap Sularsih.
Pria yang sehari-hari bekerja sebagai buruh tani itu mengaku tidak mampu memperbaiki rumahnya yang roboh, jika harus mengandalkan penghasilannya. Sebab, penghasilan yang ia dapatkan tidak seberapa dan tidak cukup untuk memperbaiki rumah. “Tidak cukup, sekarang hanya buruh tani mau bangun rumah uang dari mana,” keluhnya.
Kendati demikian, dengan dibangunkannya oleh Kodim yang bekerjasama dengan pihak ketiga, keinginan selama 17 tahun silam dalam waktu dekat akan terlaksana. Dirinya juga sangat senan dan berterimakasih kepada tetangga yang mau ikut bergotongroyong membangun rumah miliknya.
Hingga 2017 ini, jumlah RTLH di wilayah Kecamatan Prambanan, Klaten masih tersisa 420 kepala keluarga (KK) . Selama 2017, melalui program dari Pemkab Klaten, Pemerintah Propinsi serta CSR perusahaan, ada 28 rumah yang akan dientaskan dari RTLH. Ditargetkan pada tahun 2020 , Kecamatan Prambanan, Klaten bebas RTLH.