Kerajinan Akar Kayu Solehan Tembus Luar Lampung

Ia menyebut, wilayah Banten yang banyak memiliki tempat wisata membuat hasil hiasan buatannya justru banyak dikirim ke wilayah tersebut dibanding dijual di pasar lokal. Selain kurangnya peminat, sebagian masyarakat juga masih memiliki daya beli yang rendah dan kurang menyukai benda-benda seni. Meski demikian, ia menyebut, peluang usaha yang belum ditekuni oleh nelayan lain tersebut diakuinya bisa memberi omzet sekitar Rp500 ribu per minggu. Sebuah hasil sampingan yang bisa dipergunakan untuk tabungan sekaligus barang bawaan untuk sang anak yang bekerja di luar daerah.

“Kalau cuaca untuk melaut sedang buruk dan saya tidak bisa melaut, saya semakin banyak membuat benda-benda kerajinan dari akar dan kerang setiap sepekan sekali saya kirim ke anak saya yang mulai belajar memiliki galeri,” terangnya.

Kreativitas warga di Dusun Minangruah yang belum banyak dilirik tersebut, diakui Kepala Dusun setempat, Shupadi. Ia menyebut, kawasan pantai yang banyak menyimpan benda-benda kiriman dari daerah lain berupa sampah-sampah plastik dan sampah kayu kerap menjadi pemandangan yang tak menyenangkan. Namun ia mengaku sebagian warganya memanfaatkan sampah plastik berupa botol air mineral menjadi pelampung untuk budidaya rumput laut, sebagai pelampung untuk kebutuhan kapal serta sebagian menggunakan untuk benda hias seperti kayu bekas atau akar bekas.

Shupadi menyebut, meski demikian, belum adanya cara pemasaran serta masih rendahnya tingkat daya beli untuk benda seni membuat karya warganya justru dipasarkan di daerah lain. Ia tak mempermasalahkan hal tersebut dan justru memuji kreativitas warganya dalam mencari tambahan penghasilan dengan membuat benda seni.

Lihat juga...