Supir Angkot di Semarang Tolak Pengadaan BRT

RABU, 8 MARET 2017

SEMARANG — Rencana Pemerintah Kota Semarang untuk menambah jalur Bus Rapid Trans (BRT) Koridor V dan VI mendapat respon negatif dari para supir angkot. Rabu (8/3/2017) mereka ‘menggruduk’ balaikota. Audiensi sempat memanas karena kecil kemungkinan permintaan mereka terwujud.

Audiensi dengan perwakilan sopir angkot di ruang Sekda Kota Semarang

Salah satu pengunjuk rasa, Sumitro mengungkapkan kekecewaannya kepada Pemkot yang sering dirasa ingkar janji. Sejak semula memang tidak ada niatan pemkot untuk mengajak diskusi.

“Hal ini dikarenakan, dulu saat membuat Koridor I hingga IV sudah tidak dilibatkan, sekarang secara sepihak tiba-tiba ingin menambah koridor V dan VI,”sebutnya.

Dampak dari pembangunan BRT Koridor V dan VI membuat 572 supir angkot terancam kehilangan mata pencaharian, mereka yang terkena imbas adalah angkot jurusan Johar-Banyumanik, Jatingaleh-Unnes, Johar-Kedungmundu dan Johar-Simpanglima-Tegalwareng

“Pemkot dulu merencanakan daerah yang tidak ada angkot dikasih angkot, sekarang sudah ada angkot malah dikasih bus,” kata Sumitro yang sudah 45 tahun menjadi supir angkut.

Sumitro, supir angkot jurusan Jatingaleh-Unnes

Lebih lanjut Sumitro mengatakan tetap bersikukuh untuk menolak kehadiran BRT karena hari dia hanya bisa membawa pulang Rp 30 ribu per hari setelah dipotong setoran ke Majikan Rp 50 ribu.

“Apalagi jika nanti BRT koridor V dan VI mulai beroperasi dipastikan pendapatan semakin menyusut, padahal kita masih mempunyai tanggungan anak dan istri,”jelasnya.

Kekhawatiran Sumitro cukup beralasan sebab sejak mulai beroperasi, para penumpang lebih memilih untuk naik BRT daripada angkutan umum karena dirasa lebih nyaman.

Lihat juga...