Hj. Yana Fajriana, Tiada Henti Dorong Kreativitas Anggota Tabur Puja Damandiri

“Hubungannya dengan ikut menjadi pengurus Tabur Puja adalah, agar saya bisa melihat talenta-talenta yang ada di warga RW 01. Mulai dari membuat kuliner berupa makanan ringan sampai kerajinan tangan daur ulang memanfaatkan limbah kemasan kopi, sabun cuci dan lain sebagainya,” sambung perempuan yang menghabiskan masa lajangnya di daerah Saharjo, Tebet, ini.

Dari sebuah talenta, berkembang menjadi industri kreatif untuk dikembangkan sebagai ekonomi produktif. Jika sudah mulai berjalan bagus, dapat dibuat identitas produk atau brand/merk sendiri, agar dapat bersaing di pasaran. Minimal pasar kelas menengah ke bawah bisa dijadikan tujuan penjualan produk-produk warga, begitulah pikir Yana selama ini.

“Tapi, hingga kini belum ada warga yang bisa mencapai taraf itu. Mereka masih konvensional, sebatas menjadi penjual makanan jadi atau produk-produk kerajinan jadi, untuk dijual kembali. Saya ingin mereka bisa melakukan lebih dari itu, yakni memproduksi sendiri kerajinan tangan, lalu menjadikan itu sebagai komoditi untuk meningkatkan taraf hidup keluarga mereka masing-masing,” imbuhnya.

Berdasarkan pemikiran itu, Yana bersama para pengurus Posdaya Bahagia mengikuti pelatihan kerajinan tangan batik celup dan lampur kreasi, yang diadakan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Trilogi. Setelah itu, Yana mulai membuka workshop bagi warga.

Namun, usaha tersebut ternyata belum kunjung berhasil melahirkan kreativitas warga, karena warga masih berkonsentrasi untuk perbaikan taraf ekonomi keluarga lewat Tabur Puja. Yana tidak menyerah begitu saja, ia tetap berpikir positif. Kemungkinan kerajinan batik celup dan lampu kreasi masih terlalu rumit dan menyita waktu para anggota Posdaya.

Lihat juga...