“Jika diingat kembali, rasa takut kala itu sangat besar. Tapi, sepintas konyol juga, karena untuk apa remaja perempuan dan gadis kecil hendak diculik? Tapi, orangtua pastinya khawatir akan keselamatan anak-anaknya, jadi mereka menyembunyikan kami agar tidak diculik PKI,” kenang Emmy.
Emmy menikah pada 1980 dan ketika lahir anak pertama, Emmy pindah ke Grogol Selatan, tepat di akhir 1981. Saat sudah menikah, Emmy masih dalam posisi bekerja sebagai seorang karyawan pabrik di Jakarta. Ketika anak mulai bertambah, Emmy mengundurkan diri dari pekerjaannya pada 1995, untuk fokus menjadi ibu rumah tangga. Dari pernikahannya, Emmy dikaruniai 3 orang anak dan 3 cucu.
Di usianya yang sudah menginjak 59 tahun, Perempuan berdarah Jambi-Melayu ini semakin mendedikasikan sisa hidupnya untuk kegiatan memberdayakan masyarakat. Bagi dirinya, siapapun atau apapun keadaannya, masyarakat tidak boleh dibiarkan pasif dalam keseharian mereka. Masyarakat harus mampu memberdayakan diri-sendiri di segala aspek kehidupan. Butuh orang yang bisa menginspirasi mereka untuk bergerak, dan Emmy mengambil keputusan menjadi inspiratornya.
“Warga, terutama kaum perempuan, harus mampu memberdayakan dirinya untuk sepenuhnya meningkatkan kemampuan keluarga, baik secara ekonomi, lingkungan, pendidikan maupun kesehatan,” pungkas perempuan penggemar kue kembang goyang (kue khas Betawi -red) ini, mengakhiri perbincangan.
Jurnalis: Miechell Koagouw/ Editor: Koko Triarko/ Foto: Miechell Koagouw