Soniah, Mengubah Gulungan Daun Pisang Jadi Lembaran Rupiah

Berkait kendala dari usahanya itu, Soniah mengatakan jika cuaca hujan dan terik acapkali menjadi penghambat. Kerepotan terjadi ketika hujan turun, sementara ia sudah memetik daun pisang, sehingga harus segera meneduhkannya. Sedangkan terik matahari yang berlebih, akan membuat daun pisang cepat layu. Tak jarang, Soniah harus segera mengirimkan daun pisang ke pemesan terlebih dahulu untuk menghindari layu, sementara waktu untuk mencari daun pisang lagi membutuhkan waktu yang tidak sebentar. “Semakin cepat layu, daun pisang akan turun kualitasnya. Maka, harus cepat dikirim, agar tidak cepat layu. Dan, karena itu saya selalu mencari daun pisang saat sore hari dan mengirimmnya ke pemesan pada  malam hari,” terang Soniah.

Sebagaimana usaha lainnya yang ada pasang surut, Soniah mengatakanm jika ada kalanya ia hanya mendapatkan pesanan daun pisang sebanyak 35 gulung. Untuk menambah penghasilannya di saat pesanan daun pisang sedikit, Soniah juga kerap membeli dari para petani beberapa jenis bumbu dapur yang ditanam warga di pekarangan, di antaranya daun kunyit, yang kerap dipakai untuk membuat pindang atau pepes ikan.  Juga beberapa bumbu dapur lainnya seperti jahe dan lengkuas, yang dibelinya dengan sistem tebas borongan seharga Rp. 20-35.000 per rumpun. Dari membeli dan selanjutnya menjual bumbu dapur tersebut, Soniah mengakui mendapat keuntungan sekitar Rp. 2.000 per kilogramnya.

Meski hanya menekuni usaha menjual daun pisang dan bumbu dapur, Soniah mengaku tak pernah mengeluh dan tetap menjalankan usahanya tanpa pernah meminta uang kepada anak-anaknya. Ia yang sudah janda pun mengaku berprinsip, selama masih bisa bekerja menggunakan keringatnya sendiri, ia masih akan terus bekerja. Selama masih banyak petani yang rajin menanam pisang dan bumbu dapur, usahanya juga akan terus berjalan. Meski hanya sedikit keuntungan, pun Soniah juga mengakui masih bisa menyisihkan untuk menabung, memberi uang jajan bagi cucu-cucunya dan keperluan sehari-hari.

Jurnalis : Henk Widi / Editor : Koko Triarko / Foto : Henk Widi

Lihat juga...