Serial Setu Depok Raya (1) Setu Cibeureum : Masih Mempersona di Tengah Perkembangan Pemukiman

SENIN 16 JANUARI 2017
CITAYAM—Menyusuri desa-desa di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Cendana News menjelajah masuk ke Gang Langgar yang berjarak sekitar sepuluh menit dari Stasiun Citayam menggunakan kendaraan roda dua. Gang langgar merupakan salah satu titik macet di Kabupaten Bogor, hal ini disebabkan karena ojek pangkalan yang ‘mangkal’ di bahu Gang Langgar. 
Setu Cibereum masih sehat sekalipun mulai dirambah pemukiman. 
Gang Langgar memiliki kontur perbukitan, menanjak kemudian menurun lagi. Ada dataran rendah, tinggi dan rata. Semua ada di Gang Langgar. Keadaan di gang langgar saat ini berbeda dengan keadaan dua puluh tahun lalu. Seorang warga yang saya temui bernama Dede menuturkan keadaan gang langgar pada 1996. 
“Dulu masih hutan bambu bang!” tuturnya kepada Cendana News Senin (16/1) “Jam segini saja sudah gelap banget! Dulu orang nggak berani keluar!” saat ini, hutan bambu di sepanjang gang langgar sudah berubah menjadi perumahan, bahkan ada empat mini market yang beroperasi.”
Cendana News sempat terkagum menyaksikan kemegahan Setu Cibeureum karena jarak dinding dan permukaan air yang tidak sampai 50 cm, dan jarak setu dengan bahu jalan yang tidak sampai 5 meter. Selain itu, tidak ada sampah rumah tangga atau sampah sampah industri setu ini. 
Sudut sedu yang msih relatif asri.
Dede, pria  asli Citayam itu tekun memasang umpan pada joran pancing nya serta menjalankan hobinya di Setu seluas 2,50 Ha. Setu ini berada di bawah naungan Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung dan Cisadane. 
Menurut dia, setu ini adalah setu alami, sudah ada sejak dahulu. Pada  2013-2014 air di setu akan meluap di musim penghujan dan membanjiri jalanan, dan perumahan LIPI yang terletak lebih rendah daripada Setu Cibeureum, hal ini disebabkan oleh lumpur yang terlalu banyak di dasar setu. Pada 2015 ada upaya dari pemerintah untuk mengatasi banjir ini dengan melakukan pengerukan lumpur yang ada di dasar setu, dan peninggian dinding setu. 
Berdasarkan data dari Balai Besar Sungai Ciliwung dan Cisadane, setu yang terletak di kabupaten Bogor ini mampu menampung air sejumlah 75000 m3. Pada hari-hari biasa, setu ini digunakan masyarakat sekitar untuk memancing ikan, termasuk Dede. 
Dede bercerita  dalam satu hari dia membayar Rp15.000,00 untuk memancing. Pria yang bekerja di daerah Tanjung Barat ini mengaku bahwa memancing adalah kegiatan mengisi hari liburnya. “Untung-untungan sih bang. Tergantung nasib bang” katanya sambil melempar umpan ke tengah setu.
Dede sedang mengambil hasil memancing.
Hobi memancing ini masih baru dia jalani, untuk mengisi waktu luang. Hari itu Dede mendapat sekitar dua puluh ekor ikan kecil. “Lumayan buat makan bang” 
Dede mengatakan selain untuk dimakan, ada juga pemancing yang menjual lagi hasil pancingannya. “Kalau saya sih buat makan aja bang! Untungnya nggak seberapa!” tuturnya. 
Karena hujan yang turun sepanjang hari, tidak banyak yang memancing di Setu Cibeureum. Hanya Dede ditemani seorang temannya, serta beberapa pemancing yang ada di seberang setu. Hanya sebagian dari setu ini yang sudah dipasangi tembok pembatas, yaitu di sisi utara karena dijadikan sarana memancing. 
Ada beberapa rumah di pinggir setu namun tidak memberikan pencemaran yang berarti untuk setu. Tidak ada sampah rumah tangga yang dibuang ke setu. Cendana News ingin mengetahui lebih jauh soal hewan apa saja yang ada di setu tersebut. Dede menampik adanya buaya di setu ini, seperti banyak dimitoskan orang berkaitan dengan setu yang masih asri.  
“Biawak banyak bang, ular juga mungkin ada! Tapi di sana” katanya sambil menunjuk ke arah selatan setu. (bersambung)




Jurnalis Yohannes Krishna Fajar Nugroho/Editor: Irvan Sjafari/Foto: Yohannes Krishna Fajar Nugoho
Lihat juga...