Dengan keadaan ini, pertalian antara dunia industri dengan Perguruan Tinggi yang selama ini belum terlalu baik, karena kerap lulusan sebuah Perguruan Tinggi kurang memiliki mutu yang diharapkan, bisa terobati. Terkadang, dunia industri harus diwadahi sebuah asosiasi untuk melakukan penyeringan alumni, agar memenuhi standar atau kualifikasi baku. Sinergi seperti ini bagus, tetapi tidak efektif, mengingat sudah tanggung-jawab sebuah Perguruan Tinggi untuk mencetak lulusan siap kerja. Pemerintah membina Perguruan Tinggi, agar menjadi unggulan, mahasiswa mendapatkan pendidikan terbaik, dunia industri tinggal mempekerjakan lulusan Perguruan Tinggi, seperti inilah alur yang seharusnya.
Baca:
Dr. Ir. Arissetyanto Nugroho, MM., Rektor Muda Visioner, Inspiratif dan Sensasional
“Apalagi, sekarang semua perusahaan menjadikan tingkat akreditasi sebagai syarat awal seleksi calon karyawan. Instansi Pemerintah maupun BUMN sudah menerapkan pola itu. Banyak perusahaan besar juga sudah melakukannya. Dengan begitu, semua Perguruan Tinggi pastinya akan dipaksa untuk berpacu maju meningkatkan kualitas, bahkan sampai ke taraf internasional agar mendapatkan akreditasi unggulan dari pemerintah,” tandas Arissetyanto Nugroho kepada Cendana News, saat ditemui usai seminar.
Universitas Mercu Buana sudah melakukan kinerja maksimal untuk menerima akreditasi unggul. Tapi, pencapaian ini harus disikapi dengan rasa tanggung-jawab untuk terus menerus memperbaiki diri di berbagai lini. Sebanyak 40 persen dosen pengajar program S1 di Universitas Mercu Buana dari S3. Ke depan akan ditingkatkan lagi, kalau perlu sampai 100 persen dosen Universitas Mercu Buana adalah S3. Butuh komitmen bersama untuk menggapainya, namun Universitas Mercu Buana, pasti bisa.