Mitos Kutukan Kematian di Balik Keindahan Pantai Selong Belanak Lombok

MINGGU, 1 JANUARI 2017

LOMBOK — Selain dikenal akan pesona dan keindahan hamparan pasir putihnya yang terbentang di sepanjang pinggiran pantai, Pantai Selong Belanak di Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), juga memiliki mitos tentang pulau kecil yang diyakini sebagai Pulau Kematian.
Pulau Gunung Wayang atau Ujung Langit nampak dari pinggir Pantai Selong Belanak.
Pulau Gunung Wayang atau biasa juga oleh masyarakat Suku Sasak Lombok disebut Pulau Ujung Langit, adalah pulau kecil berukuran segi tiga yang terdapat di bagian tengah Pantai Selong Belanak. Berdasarkan mitos yang berkembang di kalangan nelayan dan masyarakat Desa Selong Belanak, Pulau Gunung Wayang hingga sekarang dianggap sebagai pulau angker dan ditakuti masyarakat serta para nelayan untuk disinggahi saat melaut.
Menurut mitos yang berkembang di masyarakat, Pulau Gunung Wayang dihuni makhluk halus dan ular besar yang sangat mematikan. Pernah ada beberapa nelayan yang singgah saat melaut mencari ikan, dan hingga sekarang tak pernah ditemukan. 
Bagi wisatawan yang datang berlibur ke Pantai Selong Belanak, Pulau Gunung Wayang akan tampak terlihat jelas dari pinggiran pantai atau dari atas perbukitan Tanjakan. Keberadaan gunung ini juga mempercantik panorama Pantai Selong Belanak.
Masyarakat maupun wisatawan hingga sekarang belum pernah ada yang berani berkunjung ke Pulau Gunung Wayang. Kalaupun ada yang ingin berkunjung ke sana, harus meminta izin pemangku adat terlebih dahulu. Ganjaran bagi mereka yang nekat datang ke Pulau Gunung Wayang adalah kematian. Bukan karena hukuman mati, tapi lebih kepada mitos kutukan yang mengerikan. Dipercaya, siapa pun yang datang ke sana tanpa izin, konon akan mendapatkan kutukan kematian.
Satu-satunya cara mendatangi Pulau Gunung Wayang dengan aman adalah dengan minta izin pada pemangku adat Suku Sasak yang bernama Amaq Salmah. Pemangku adat tersebut akan membuat semacam ritual khusus terlebih dahulu sebagai upaya memintakan izin pada penunggu pulau, sebelum mengantar wisatawan menuju ke pulau tersebut.
Terlepas dari benar tidaknya mitos kutukan ini, yang pasti dengan adanya mitos itu seakan justru menambah daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke sana. Bisa jadi, ini adalah salah-satu bentuk kearifan lokal mengenai konservasi alam, agar kawasan tersebut tidak tereksploitasi berlebihan, sehingga kelestariannya tetap terjaga.

Jurnalis : Turmuzi / Editor : Koko Triarko / Foto : Turmuzi

Lihat juga...