SENIN 9 JANUARI 2017
DEPOK—Kota Depok kini berpenduduk 2.007.610 jiwa. Sejak 27 April 1999 ini kota yang memiliki 11 kecamatan ini menjadi Kota Madya Daerah Tingkat II. Kota ini praktis menjadi dormitory (hanya untuk tidur), bagi mereka yang bekerja di Jakarta. Bangunan-bangunan bersejarah di kota ini bahkan seperti di telan derap pembangunan dan untungnya ada yang difungsikan untuk sarana kesehatan hingga pendidikan.
![]() |
Rumah Sakit Harapan Depok. |
Salah satu areal yang masih terdapat bangunan tua yang masih baik ialah di Jalan Pemuda. Ketika menelusuri jalan itu Cendananews.com takjub pada satu rumah sakit yang merupakan peninggalan Cornelis Chastellain, orang Belanda yang pertama tinggal di Depok. Dia adalah tuan tanah yang tinggal di kawasan yang kini disebut Depok antara 1657 hingga 1714. Para keturunannya kemudian mendirikan Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein (YLCC), memiliki beberapa bangunan bersejarah di jalan itu. Di antaranya Rumah Sakit harapan terletak di Jalan Pemuda nomor 10.
Rumah sakit ini dahulunya adalah bangunan kantornya. Dari hasil pantauan cendananews.com, Kamis (5/1) lalu, mendapati bahwa ruh sejarah bangunan ini sudah kalah dengan ruh modernisasi. Hanya monumen di halaman rumah sakit yang memberikan kesan vintage di bangunan ini. Dinding rumah sakit sudah dicat ulang warna biru muda, dan lantai dasar bukan marmer semakin meyakinkan saya bahwa lantai sudah diganti. Karena Belanda selalu menggunakan marmer atau pualam untuk lantai dasar bangunannya
Terdapat dua jenis bangunan di rumah sakit ini. Gedung utama merupakan gedung asli yang pernah ditempati oleh Cornellia Chastellain (isteri dari Cornelis), ruangan yang ada saat ini digunakan sebagai tempat berobat pasien, instalasi farmasi, ruang rekam medis, poliklinik gigi, dan radiologi bangunan lama hampir tidak terlihat seperti bangunan peninggalan Belanda, karena plafon yang rendah, sudah ditambah gypsum di di plafon bangunan utama.
SDN Pancoran Mas 2
Bagunan lain yang digunakan untuk fungsi pendidikan ialah SD Negeri Pancoran Mas s diselenggarakan di bangunan tua peninggalan Chornelis Chastellein. Sekolah ini dahulunya adalah tempat dia mendidik para pekerjanya.
![]() |
Salah satu bagian dari SDN Pancoran Mas 2. Arsitektur jendelanya tampak maish peninggalan kolonial. |
Kepala Sekolah SD Negeri Pancoran Mas, Samsuri membenarkan gedung itu yang digunakan adalah bangunan bersejarah. Hanya saja ia tidak tahu persisnya kapan. Dia tidak menampik bahwa permasalahan yang dihadapi oleh SD Negeri 2 Pancoran Mas adalah belum tersedianya tempat yang dapat digunakan untuk kegiatan belajar mengajar.
Samsuri berharap agar pemerintah kota Depok membeli gedung bangunan agar dapat digunakan untuk penyelenggaraan pendidikan SD Negeri 2 Pancoran Mas. “Bangunan ini kan dulunya pernah jadi Sekolah Guru” imbuhnya,
Ia mengaku Samsuri tidak mengetahui secara pasti mengenai renovasi menjadi tanggungjawab siapa. Pada t2010, pihak dinas pendidikan kota Depok mengontrak bangunan milik YLCC di jalan Pemuda untuk digunakan sebagai tempat penyelenggaraan Kegiatan Belajar Mengajar,” kata dia.
Samsuri berharap agar pihaknya diikutsertakan dalam perjanjian kontrak, agar pihaknya dapat menyampaikan bagian mana saja yang harus di renovasi atau di rubah.
Kesadaran sama juga terjadi pada Dini Islamiati, seorang warga Depok Lama berusia 40 tahunan. Dia membenarkan bahwa di jalan Pemuda tempat tinggal apa yang disebut sebagai Belanda Depok. Di Jalan itu dibangun SD dan SMP pertama di Kota Depok menempati bangunan lama. Di sana ia menempuh pendidikan SD dan SMP-nya.
Seperit halnya Samsuri, dia tidak tahu persis detail keberadaan bangunan bersejarah. Hingga 1990-an masih banyak orang keturunan Belanda Depok yang tinggal di sana. ada smp pertama di kota Depok yaitu SMPN 1 Depok. Juga ada SD Pancoran Mas 2 atau lebih dikenal sebagai SD Centre, dan kedua,sekolah itu berdiri di atas gedung tua bekas kolonial. Dini tahu ada rumah sakit Kristen di atas bangunan Belanda namanya RS Harapan dan banyak gereja dengan aneka sekte di sana.
“Sekarang sudah banyak yang dijual, sehingga masyarakatnya sudah lebih heterogen. Kalau zaman saya sekolah dulu, suka takut lewat sana, karena saking banyaknya anjing berkeliaran di sana. Bayangkan, kalau satu rumah anjingnya lebih dari satu, dan itu dilepas bebas. Sekarang alhamdulillah sudah tidak menakutkan lagi, karena selain lebih plural masyarakatnya, sudah ada masjid di sana, jugs salah satu sekolah Islam unggulan di sana,” cerita Dini mengenang.
![]() |
Bagian dalam satu ruang kelas SDN Pancoran Mas 2 |
Baru dalam Daftar Inventaris saja
Tak terlalu banyak pihak yang punya perhatian besar pada bangunan-bangunan tua di Kota Depok. Salah satu kelompok peduli ialah sebuah komunitas yang menamakan dirinya Depok Heritage Community. Cendana News menemui Ratu Farah Diba, salah satu koordinatornya,di kediamannya di kawasan Depok. Ia dan kelompoknya dalam berapa tahun terakhir rajin melakukan inventarisasi dan melakukan tour untuk mengenali sejarah kota.
![]() |
Ratu Farah Diba |
“Dari hasil inventaris Depok Heritage Community bekerja sama dengan disporasenbud depok yang akan didaftarkan untuk cagar budaya pada 2013 dan sudah dilokakaryakan dan sudah dibuat bukunya dari dua kecamatan ada 53 titik,” terang Ratu.
Ratu menyayangkan karena beberapa bangunan itu sudah dihancurkan dan dijadikan ruko yaitu di daerah Jalan Pemuda dan Jalan Kartini yang keduanya berada di wilayah Depok Lama. “Kawasan Depok Lama itu ya kawasan kota tua nya Depok” imbuh Ratu.
Menurutnya bangunan-bangunan tua di Depok dapat dijadikan sebagai wisata sejarah atau wisata heritage. Selain dari 53 titik tersebut, menurut Ratu masih ada titik lain kondisinya kritis, yaitu Rumah Cimanggis. Ratu menilai bahwa Rumah Cimanggis harus segera diselamatkan karena banyak menyimpan nilai-nilai sejarah
“Rumah Cimanggis itu punya nilai sampai tingkat nasional. Itu rumah istri Gubernur Jenderal VOC Robertus Van Der Parra,” kata Ratu.
Selain itu masih ada satu benda cagar budaya yang tertutup oleh modernisasi, yaitu Rumah Kapiten Cina. Daerah ini adalah daerah pecinan yang disediakan oleh Cornelis Chastellein pada saat itu. Rumah Kapiten Cina ini terletak di antara Margo City Depok, dan Apartemen Megah di Depok. Ratu menyayangkan apabila tidak ada perhatian khusus dari pemerintah, maka sejarah Depok akan hilang dimakan jaman.
Ratu menjelaskan kondisi Rumah Cimanggis yang berada di tahap kritis, ”Atapnya sudah hampir habis, mungkin saat ini sudah habis, pintunya sudah pada hilang padahal ornamen diatas pintunya keren banget, pilarnya juga sdh mulai satu persatu ambruk, kan kalau tidak segera diselamatkan akan hancur karena alam,” papar Ratu.
Ketika ditanya pendapatnya soal perhatian pemerintah kota mengenai bangunan bersejarah, Ratu menerangkan bahwa Perhatian pemkot Depok, baru sebatas inventaris saja. Belum diberi payung hukum dengan menetapkan sebagai cagar budaya sebagai mana UU. No 11 Tahun 2010 tentang cagar budaya.
“Pemerintah hingga saat ini belum menguasai dan memahami UU Cagar Budaya, sehingga selalu beranggapan mengenai kepemilikan, bahwa kalau yang ditetapkan sebagai cagar budaya harus milik pemkot dan untuk ambil alih menjadi milik pemkot mereka belum punya anggaran untuk membelinya. Padahal ada regulasi yang mengatur tentang perawatan bangunan bersejarah,” ungkapnya.
Dalam regulasi ini mengatur tentang kepemilikan bangunan bersejarah di mana pemerintah kota tidak harus memiliki bangunan tersebut, pemilik bangunan dapat tetap memiliki bangunan itu, namun pemerintah mempunyai peran untuk turut serta menjaga dan memelihara bangunan itu. Ratu menyarankan pemerintah untuk segera menetapkan perda yang menyatakan bahwa bangunan-bangunan itu sebagai cagar budaya, kemudian membentuk tim ahli cagar budaya. “Dengan payung hukum sebagai cagar budaya tentunya akan terlindungi dan dipelihara” imbuh Ratu.
Menurut Ratu, ada beberapa benda cagar budaya yang menarik bagi dirinya, yaitu Rumah Cimanggis yang pernah menjadi kediaman dari istri Gubernur Jenderal VOC, Rumah Kapiten Cina, dan Rumah Pembakaran Kapur yang menjadi cikal bakal Jalan Pekapuran, Depok.
Cendananews.com mencoba menggali informasi mengenai masyarakat Belanda-Depok dan kehidupannya sekarang ini. Ratu menerangkan bahwa Belanda Depok adalah olok-olok untuk budak-budak belian Cornellis Chastellein yang telah dibebaskan. Terdapat dua belas marga belanda-depok namun saat ini tersisa sebelas saja karena marga Zadokh tidak memiliki keturunan laki-laki, karena mereka menganut faham paternalistik. Saat ini, sebelas marga itu tergabung dalam naungan Yayasan Cornellis Chastellein (Bersambung)
Jurnalis: Yohannes Krishna Fajar Nugraha/Editor: Irvan Sjafari/Foto: Yohannes Krishna Fajar Nugraha