Mbah Payem, Penjual Wedang Ronde Legendaris Langganan Pak Harto di Yogyakarta

SABTU, 24 DESEMBER 2016
YOGYAKARTA — Sebagaimana daerah lainnya di Indonesia, Yogyakarta dikenal memiliki berbagai macam hidangan kuliner tradisional yang begitu khas. Selain gudeg, salah-satu kuliner khas yang ada di Yogyakarta adalah wedang ronde. Kuliner berupa bulatan tepung ketan berisi adonan gula merah dan tumbukan kacang yang disajikan dalam kuah rebusan jahe bersama kolang-kaling, potongan roti serta kacang tanah ini, begitu digemari berbagai kalangan.
Mbah Payem, saat melayani pelanggan.
Setiap sore hingga malam hari, para penjual wedang ronde akan dapat dengan mudah ditemui di setiap sudut jalan di Kota Yogyakarta. Mereka biasa berjualan dengan memakai gerobak dorong. Salah-satunya, Mbah Payem. Nenek berumur 90 tahun ini bisa dikatakan merupakan salah-satu penjual wedang ronde legendaris yang ada di Yogyakarta.
Nenek yang mengaku memiliki 11 anak, belasan cucu serta 3 orang buyut ini, sudah berjualan wedang ronde sejak puluhan tahun silam. Ia biasa berjualan di sebelah timur perempatan Kauman, Kota Yogyakarta, sekitar 100 meter ke barat dari Alun-alun Utara Keraton Yogyakarta. “Saya sudah mulai berjualan sejak zaman PKI. Tahun 65. Sejak dulu jualannya sudah di sini,” tuturnya, dalam bahasa Jawa, saat ditemui Cendana News, Sabtu (24/12/2016).
Di usianya yang hampir mencapai satu abad, Mbah Payem biasa berjualan wedang ronde seorang diri selepas maghrib hingga tengah malam. Ia mengaku biasa berangkat dari tempat tinggalnya di Kadipaten Kulon, Kota Yogyakarta, dengan berjalan kaki. Ia dibantu salah seorang anaknya yang bertugas mendorong gerobak dagangan. Begitu pula saat pulang ketika dagangannya telah habis terjual.
“Semua saya yang buat sendiri. Biasanya dibantu anak saya. Jam 2 siang itu saya mulai menggodok (merebus –red) ketan. Lalu, jam 5 sore merebus jahe,” ujar Mbah Payem, yang asli Gunungkidul itu.
Meski dibuat dengan cara tradisional, namun cita-rasa wedang ronde racikan Mbah Payem ini begitu khas dan lain dari wedang ronde pada umumnya. Tak heran, wedang ronde Mbah Payem sangat digemari dan dikenal berbagai kalangan. Tak hanya warga sekitar Kauman, warga dari luar daerah, termasuk Presiden ke-2 RI, Soeharto, merupakan langganan Mbah Payem, saat sedang berada di Yogyakarta.
“Rasanya, khas. Beda sama yang lain. Jahenya dan manisnya pas. Semangkok juga cuma Rp. 5.000. Jadi ingin selalu balik lagi ke sini. Walaupun Simbah-nya agak galak dan suka marah-marah,” ujar Adi, salah seorang pelanggan Mbah Payem yang merupakan mahasiswa Universitas Gajah Mada.
Di usianya yang tak lagi muda, Mbah Payem mengaku tetap berjualan untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Ia mengaku enggan bergantung pada anak-anaknya dalam urusan ekonomi.

Jurnalis : Jatmika H Kusmargana / Editor : Koko Triarko / Foto : Jatmika H Kusmargana

Lihat juga...