MINGGU, 9 OKTOBER 2016
SUMENEP — Banyaknya alat bajak sawah modern rupanya belum mampu secara keseluruhan mempengaruhi petani di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, untuk beralih menggunakan alat tersebut. Pasalnya sampai sekarang masih banyak petani menggunakan alat bajak tradisional dalam bercocok tanam, sehingga mereka memanfaatkan ternak sapi peliharaannya dalam mengolah sawah garapannya.

Memang sebagian petani ada yang beralih menggunakan alat bajak modern, tetapi itu biasanya petani yang tidak memelihara sapi, sehingga ketika ia ingin mengolah sawah yang akan di garapnya, terpaksa harus menyewa jasa pemilik hendraktor (Alat Bajak Sawah Modern). Berbeda dengan petani yang memelihara sapi, selain dimanfaatkan untuk mendapatkan pupuk kandang, hewan tersebut juga digunakan untuk membajak sawah sebagai penarik alat bajak yang terbuat dari kayu.
“Kalau disini mayoritas petani masih menggunakan alat bajak sawah yang tradisional atau bahasa Madura dengan Nangghele. Itu terbuat dari kayu, jadi sapi yang kami pelihara ini untuk menarik alat tersebut, sehingga sangat jarang petani menggunakan alat modern untuk mengolah sawahnya,” kata Mislawi (43), salah seorang petani di Kecamatan Ambunten, Kabupaten Sumenep, Minggu (9/10/2016).
Disebutkan, bahwa memang sampai sekarang petani yang ada di daerah ini mayoritas juga memelihara sapi, sehingga dengan adanya alat modern pembajak sawah mereka tidak mudah menerima. Karena selain membutuhkan biaya lagi, pengolahan sawahnya tidak dilakukan sendiri, sebab dari pemilik alat modern sudah lengkap dengan pekerjanya yang bisa mengoperasikan alat tersebut.

“Kalau kita sudah memiliki sapi tidak mungkin mau sewa alat bajak sawah modern, karena itu akan menambah modal biaya proses tanam. Mendingan buat kita sendiri hanya dengan memanfaatkan hewan yang kami pelihara, karena terkadang hasil yang diperoleh dari bercocok tanam kan juga tidak seberapa,” jelasnya.
Oleh karena itu, selama banyak petani yang memelihara sapi, kemungkinan besar alat bajak tradisional sawah tersebut akan tetap populer dikalangan petani yang ada di ujung timur Pulau Madura ini.
Jurnalis : M. Fahrul / Editor : Rayvan Lesilolo / Foto : M. Fahrul