SABTU, 30 JULI 2016
LIPUTAN KHUSUS TMII — Suasana tenang dan hening dapat dirasakan saat memasuki Padepokan Pencak Silat Indonesia Taman Mini Indonesia Indah (TMII) yang berkedudukan di Jl. Raya TMII I, Jakarta timur. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan konsentrasi para atlet Pencak Silat melalap seluruh program latihan baik dalam mempersiapkan diri menghadapi sebuah pertandingan maupun hanya berupa latihan rutin.
![]() |
Tampak depan Padepokan Pencak Silat Indonesia TMII, Jalan Raya Taman Mini Indonesia Indah I, Jakarta Timur |
Pemrakarsa konsep pelestarian Pencak Silat sebagai seni beladiri tradisional asli Indonesia sekaligus pemusatan kegiatan Pencak Silat seluruh Indonesia dalam bentuk pendirian sebuah Padepokan Pencak silat skala nasional di Jakarta adalah Ibu Hj. R. A. Fatimah Siti Hartinah Soeharto atau oleh rakyat Indonesia akrab disapa dengan Ibu Tien Soeharto. Sesuai prasasti di lokasi, Padepokan Pencak Silat Indonesia TMII diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia yang ke-2 yaitu HM. Soeharto pada tanggal 20 April 1997.
Padepokan Pencak Silat Indonesia TMII diadakan khusus untuk pemusatan atau sentralisasi seluruh kegiatan Pencak Silat baik di Indonesia maupun bagi warga Pencak Silat dunia. Pendopo utama merupakan kawah candradimuka pembentukan sekaligus pematangan teknis pesilat dengan program pelatihan yang di pantau langsung oleh pengurus masing-masing perguruan dan pengurus wilayah dibawah naungan Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia atau PB IPSI.
Pondok Gedeh, adalah Gelanggang unjuk gigi pesilat dalam menuai prestasi. Fasilitas ini dilengkapi dengan tribun 3.000 tempat duduk permanen, dua set kursi panggung VIP, toilet, serta sistem pengolahan suara dalam ruangan berikut lampu penerangan dimana semua disesuaikan dengan standar Internasional. Sebagai suntikan moral untuk para atlet, maka di depan Pondok Gedeh diletakkan sebuah Monumen persembahan warga Pencak Silat se-dunia mengenang Ibu Tien Soeharto bahwa betapa bimbingan dan sumbangsih beliau mampu memberikan inspirasi bagi Indonesia dalam mengembangkan Pencak Silat.
Pondok Pustaka yang berada tepat di sisi kanan pintu masuk utama padepokan adalah Perpustakaan dan Museum yang menyimpan sejarah perkembangan Pencak silat di Indonesia sampai ke seluruh dunia, dan berbagai senjata khas Pencak Silat. Beragam buku tentang Pencak Silat serta koleksi buku-buku umum dapat pula ditemui disini.
Untuk keperluan terkait acara-acara bersifat seremonial, diskusi organisasional, maupun acara tertentu lainnya maka Padepokan Pencak Silat Indonesia TMII dilengkapi pula dengan Pondok Serbaguna. Ruangan berkapasitas 200 orang ini dilengkapi sistem pendingin ruangan, dua kamar rias, dua toilet, dua meja penerima tamu, karpet merah selamat datang, kursi tamu elegan, dapur higienis, serta penataan suara dan pencahayaan berstandar Internasional. Jika acara yang diadakan berdurasi lebih dari satu hari, maka pengunjung atau tamu dapat menginap di fasilitas Pondok Penginapan milik padepokan. Pondok Penginapan juga dilengkapi sebuah Restoran yang melayani menu rombongan maupun perorangan.
Pengelolaan kegiatan sehari-hari Padepokan Pencak Silat Indonesia dipimpin seorang Kepala Personalia dan Pengawasan Padepokan, Drs. H. Mansur Sholeh, Kepala Unit Penginapan JF. Erwin Sumarsono, Supervisor Front Office, Ibu Berliana, dan Kordinator Perpustakaan dan Museum Pencak Silat Indonesia, Adi Ariyono,SE. Total seluruh karyawan yang menjalankan padepokan hingga saat ini berjumlah 115 orang. Kepala Personalia dan Pengawasan Padepokan, Mansur Sholeh mengatakan rata-rata semua karyawan yang bekerja di dalam padepokan adalah karyawan yang sudah ada sejak awal Ibu Tien Soeharto merintis pendiriannya di tahun 1996. Kesejahteraan karyawan setiap bulannya merupakan tanggungan internal manajemen tanpa menggunakan outsourcing.
“Disini kami sudah menjadi sebuah keluarga besar, dimana sejak awal berdirinya tempat ini hingga sekarang tetap terjaga dengan baik. Bahkan ada karyawan yang sudah sejak tahun 1996 masih berkerja di sini. Bahkan sejak awalpun kami banyak menyerap warga lokal sekitar padepokan untuk bekerja di sini,” jelas Mansur kepada Cendana News di ruang kerjanya.
Perputaran kegiatan sehari-hari dari Padepokan Pencak Silat Indonesia ada pada sektor pendayagunaan komersil beberapa fasilitas padepokan bagi masyarakat luas. Contohnya Pondok Serbaguna yang disewakan untuk acara-acara pernikahan dan diskusi-diskusi organisasional. Dan Pondok Penginapan serta Restoran dibuka oleh pengelola padepokan bagi umum sama seperti penginapan-penginapan atau hotel-hotel pada umumnya. Akan tetapi semua tetap ada batasannya, maksudnya adalah, jika berbenturan dengan kegiatan Pencak Silat nasional maka pihak pengelola akan mengutamakan kepentingan warga Pencak silat nasional.
” Kehidupan 115 orang karyawan selain berharap dari subsidi Bimantara Group, juga tergantung atas pemasukan sewa beberapa fasilitas padepokan untuk masyarakat umum. Namun terkait menyewakan fasilitas padepokan untuk masyarakat umum, semua tetap ada batasannya, yakni disesuaikan dengan agenda-agenda acara Pencak silat nasional. Contohnya bulan Mei 2016 menjelang HUT Ikatan Pencak Silat Indonesia, maka kami sudah mengosongkan jadwal sewa umum untuk seluruh fasilitas padepokan. Bulan Mei adalah milik PB IPSI,” lanjut Mansur Sholeh.
![]() |
Monumen mengenang Pelopor pendiri Padepokan Pencak Silat Indonesia Ibu Tien Soeharto |
“Sejauh ini tidak ada masalah, karena semua sudah sesuai porsinya masing-masing dan berada dalam koridor yang jelas serta bisa dipertanggungjawabkan,” tambahnya.
Kegiatan Pemusatan Latihan Daerah (Pelatda) Pencak silat DKI Jakarta rutin dilakukan di Padepokan Pencak Silat Indonesia. Kepala Unit Penginapan padepokan, JF Sumarsono menerangkan bahkan untuk pemusatan latihan tim Pencak silat nasional yang sekarang diadakan di Ciloto Jawa barat, masih menggunakan fasilitas Pondok Penginapan di padepokan.
“Para atlet sebelumnya berkumpul di padepokan, konsolidasi, menaruh barang-barang di penginapan, lalu berangkat ke Ciloto. Terkait tim Pelatda silat DKI Jakarta, mereka biasanya latihan di sini pada pukul empat hingga enam sore setiap harinya,” terang Erwin.
Kendala-kendala kerap dihadapi pihak pengelola padepokan, diantaranya adalah kebutuhan mendesak terkait renovasi seluruh kamar di Pondok Penginapan, renovasi total Museum Pencak Silat Indonesia dan Perpustakaan, serta biaya perawatan area padepokan sekaligus peralatan-peralatan didalamnya yang terus naik setiap bulannya. Akan tetapi jalan keluar atau solusi selalu datang tepat pada waktunya, entah dari orderan sewa tempat maupun pencairan subsidi, sehingga saat ini perbaikan kamar-kamar Pondok Penginapan sudah mulai dilaksanakan.
Terkait renovasi total Museum Pencak silat dan Perpustakaan, Koordinator Museum dan Perpustakaan, Adi Ariyono mengatakan masih menunggu persetujuan dana renovasi yang sudah diajukannya. Renovasi itu sendiri dilakukan karena atap gedung yang sudah bertahun-tahun menjadi sarang hewan kelelawar. Akibatnya, seluruh langit-langit gedung harus dibongkar demi membersihkan atap dari kotoran kelelawar sekaligus mengusir mereka keluar dari tempat tersebut.
“Ini terjadi karena ketidakpekaan pengurus Museum dan Perpustakaan sebelumnya. Bayangkan saja, setelah dibersihkan maka terkumpul sekitar 100 karung kotoran kelelawar yang bercampur dengan bangkai hewan-hewan tersebut. Dana renovasi sudah kami ajukan kepada pengelola, dan kami sangat berharap dapat segera direalisasikan mengingat Museum dan Perpustakaan merupakan bagian integral dari sejarah Pencak silat,” pungkas Adi kepada Cendana News.
Harapan pengelola Padepokan Pencak Silat Indonesia TMII kedepannya bisa segera menyelesaikan program-program renovasi padepokan yang sudah dicanangkan. Sehingga kedepannya, seluruh warga Pencak silat nusantara sebagai satu kesatuan keluarga besar dapat lebih memanfaatkan fasilitas ini untuk pengembangan Pencak silat Indonesia ke tingkatan selanjutnya.(Miechell Koagouw)